DUA PULUH EMPAT.

18 3 0
                                    

Athar berjalan menyusuri pantai seorang diri, di antara tempat yang indah ia hanya memilih duduk di atas bebatuan yang tersembunyi di balik batu besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Athar berjalan menyusuri pantai seorang diri, di antara tempat yang indah ia hanya memilih duduk di atas bebatuan yang tersembunyi di balik batu besar.

Semua orang sudah sibuk dengan kemaunya masing masing, sebagian bermain voli, bermain sky atau yang bahkan hanya bermain pasir.

Pertanyaan Raya membuatnya bingung, dia menanyakan perihal itu lagi. Padahal ia kira motif peneroran itu sudah tidak ada lagi, ternyata sampai sekarang masih saja menggangu Raya.

Elen, dia adalah salah satu orang yang paling dekat dengan Raya tapi mengapa dia ingin bertindak seperti itu. Bukan, Elen bukan orang yang seperti itu.

Athar mengusak kasar rambutnya cukup frustasi, mengapa bisa dirinya terlibat dalam hal seperti ini, itu karena kejadian di masa lalu, sungguh Athar menyesal berhubungan dengan orang yang di kenalnya dulu.

"Woi!! Galau amat mas, kopi?."

Kici datang yang langsung membuat Athar terkejut, bahkan ia sempat sempatnya menawari kopi yang telah berada di tangan kananya.
"Ah lo, ngapa lo? Pergi Sono."

"Jutek amat."

Athar tak menanggapi, iris matanya hanya menyaksikan gelombang gelombang ombak yang bergantian. Kici yang menyaksikan langsung melambaikan tanganya di depan pandangan Athar itu.

"Apasih ci? Lo mau apa?."

"Lo mikirin siapa sih?

Spontan Athar menatap Kici dengan tajam. Hal itu sukses membuat Kici bungkam.

"Emang ada urusan apa sama lo? Lo siapa berhak tau apa yang gue pikirin?"

Kici terbungkam setelah mendengar penjelasan Athar, dari sini terlihat sekali jika pemuda itu sedang di landa suatu masalah.

"Ya kan apa salahnya cerita, kalo gue bisa bantu kenapa enggak?."

"Nggak usah, Makasih."

"Lo mikir kalo gue yang ganggu Raya ya? Well, gue emang kurang suka sama dia. but, gue masih punya nurani buat nggak sekejam itu, gue tau soal dia dulu pernah hampir di bunuh sama seseorang.

Tatapan Athar sontak teralihkan, kini Kici berhasil memancing konsentrasi pemuda itu. Dari mana Kici tau.

"Kenapa lo tau semua tentang Raya, dari siapa lo tau? Kenapa lo nggak bilang sama gue? Hemh? Jawab?!!, Jangan jangan lo ya biang masalahnya." Tuding Athar bertubi tubi

Kici langsung di buatnya diam.



"Toloong... Toloong..!!

Spontan fokus keduanya teralihkan kepada seorang gadis yang berteriak memintai bantuan.

Athar dan Kici langsung beranjak dan berniat untuk segera membantu seseorang tersebut.

"Ada apa, vi.?." Tanya Athar tanpa basa basi setelah sampai di hadapan gadis yang memintai tolong tersebut

Raya&Athar (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang