TIGAPULUH DELAPAN

33 2 1
                                    

Mobil Raya memasuki garasi tepat pukul 4 sore, hari ini ia lelah sekali karena harus menuruti perintah Elen.
Mentang mentang Raya mau balas budi, dia malah seenaknya meminta Raya yang enggak enggak.

Untung saja dia sabar.

Setelah memasuki kamar ia meletakkan tasnya dan beranjak menuju kolam renang, mungkin jika ia berenang bisa sedikit merefreshkan pikiran juga merilekskan badan.

Setelah berganti pakaian dan membersihkan badan ia langsung meluncur kedalam kolam renang merasakan sejuknya air di malam hari

"Huh...., EH ANJIR!" Reflek Raya memeluk tubuhnya rapat berusaha untuk menutupi bentuk tubuhnya.

Gila. Sejak kapan dia ada disini?

Malu sekaligus ingin marah tapi bagaimana, lihat saja keadaanya saat ini sudah basah pakaianya minim lagi

Kurang ajar!

Athar yang berada di sana specless dan langsung memasang tampang cengo.

"BANGKE! NGAPAIN LO KESINI! KELUAR NGGAK?!."

Athar yang tidak bermaksud melihat pakaian minim Raya langsung mengalihkan pandangan. Malah seketika jadi gugup sendiri.

"G..gue di suruh bokap lo kesini."

"Ya gak kesini juga dong!." Semprot Raya bertambah marah.

"Ya mana gue tau, lagian rumah lo gede. Gue gak ngerti suruh ketemuan dimana?." Jawab Athar dengan ekspresi kebingungan.

Gak banyak omong, Raya spontan berlari ke ruang ganti untuk mengambil handuk. Percuma ngomong sama Athar bisanya ngeles bilang aja seneng liat Raya kayak gitu.

Selang beberapa menit Raya keluar dengan balutan handuk di tubuhnya, memaki dalam hati ketika memyaksikan Athar masih belum berpindah dari tempat.

"Ngapain masih disini?." Tuding Raya angkuh, sukses membuat Athar gelagapan dan hampir saja terpeleset.

"Astaughfirulloh, ngomongnya slowmotion atuh neng gak pake jedag jedug, bikin orang jantungan aja."

Raya menghela nafas serta membuang muka tidak peduli, mau dia jantungan, mau ambeien kek Itu bukan urusanya.

"Ya lo mikir dong bege! Kan yang mau lo temuin bokap gue. Kenapa nungguin gue?!."

Athar mengerjap beberapa saat.

"Loh, jadi lo nggak ikut? Ggue sendirian gitu meet sama bokap lo?." ujar Athar kaku sendiri.

Raya melongos. "Mental ciut amat mas. heh bokap gue gak sembarangan luangin waktu, kalo lo di undang secara pribadi apalagi sampe harus ke rumah, berarti itu penting. Gue aja gak tau buat apa Dady panggil makhluk aneh kayak lo, kayaknya nawarin jasa tukang kebun deh." Setelah itu Raya berlari kecil meninggalkan Athar yang mengumpat tak jelas sedangkan Raya tersenyum tipis di balik itu.

****

"Eh, iya juga. Ngapain Dady panggil Athar kok gue gak tau ?." Heran Raya setelah memasuki kamar dan menutup pintu

"Kayaknya gak mungkin deh Dady seniat itu manggil jasa tukang kebun. selama ini yang ngatur kan udah ada pak Udin." Celoteh Raya sendiri memperhatikan dirinya di depan cermin.

Raya beralih mengambil mantel dan memakainya lalu bergegas keluar dari ruangan. Sepertinya ayahnya tidak cuma cuma memanggil Athar untuk kemari. Pasti ada sesuatu yang penting.

Setelah melewati lift lantai 4 Raya berlari kecil mencari ruangan khusus milik ayahnya. Biasanya hanya orang orang penting saja yang di perbolehkan masuk ke dalam sana. Dan, benar saja ternyata Athar ada di sana setelah Raya mengintip di balik sisi pintu.

Raya&Athar (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang