Athar bolak balik memandangi jam tangan yang melingkar di lenganya, sudah satu jam ia menunggu tapi Raya tak kunjung keluar.
Hari ini mereka akan datang ke pernikahan Bu Varia. Jam sudah menunjukan pukul 20.00 tapi Raya belum juga keluar. Memang ya cewek kalo mau keluar dandanya lama bisa bisa Athar tertidur di samping pak Lubis hingga pagi. Lihat saja dia bahkan berada di pos depan tanpa di perbolehkan masuk oleh si satpam itu. Ribet banget punya pacar sultan.
"Raya sayang... Jangan lama lama dong nggak kasian apa sama Mas!."
Pak Lubis yang mendengarnya bergidik ngeri, bisa bisanya bosnya demen makhluk kek ginian. Jangan jangan Bi cantik salah masukin bumbu Indomie ke dalam makanan majikanya. "Dih, anak mana kau?!." Tanya pak Lubis spontan sudah gatal dia ingin tau seluk beluk bocah itu yang bisa bisanya bikin bosnya meleleh.
"Ciee.... Kepo nggak? Kepo nggak?—
"Kepo lah masa engga!." Saut pak Lubis mendadak humoris seketika mereka meledakkan tawa tanpa menyadari Raya sudah berada di sana dengan mata memicing heran. Malem malem begini para setan sudah beraksi saja.
"Tau gak hal yang nggak bisa menyatu apa?." Sebuah gombalan keluar dari mulut Athar. Bukan! Ini bukan gombalan untuk Raya. Yang benar saja mereka bahkan belum menyadari bahwa Raya masih diam menyaksikan tingkah absurd mereka.
Yaps! Gombalan ini untuk pak Lubis.
"Apatu."
"Micin dan tai."
Pak Lubis seketika nyengir.
"Karena aku tidak bisa micintaimu seperti hal nya micin dan tai. Micin menggambarkan penyedap rasa akan cintaku padamu sedangkan tai pembusukan rasa macam kau menahan mencret setelah makan micin." Ujar Athar dramatis sementara pak Lubis mengangguk angguk saja memasang tampang sedih padahal dia nggak paham kalimat Athar. Dan bodohnya pak Lubis malah menunjukan finger love pada Athar tentu saja Athar langsung membalas dengan hal yang sama "Saranghae..."
"Eumm. Saranghae."
Apa lagi iniii, Ya Allah?, STRESS!
"Mending lo sama pak Lubis aja deh."
"EH, ANJIR!." Reflek Athar mendorong bahu pak Lubis lalu berdecak malu sendiri. Bahkan Raya sampai menutupi mulut berusaha menahan ledakan tawanya. "Lo kok gak bilang sih.. yaudah ayo!." Tanpa basa basi Athar langsung menggeret lengan Raya menjauh dari jangkauan pak Lubis. Bisa bisa dia di botakin setelah seenak jidat jorokin pak Lubis sampai jatuh.
"Lo bawa mobil?."
"Iyalah takut hujan." Kata Athar sembari tersenyum hendak membukakan pintu untuk Raya. Kemudian mereka pun masuk ke dalam mobil hitam yang terparkir di depan pagar
"Sebenernya gue pinjem mobilnya bang Arka sih ini bukan mobil gue." Ungkap Athar sambil memasang selbelt bersiap mengemudi menyusuri jalan kota. Raya hanya mengangguk paham
"Udah akur nih sama bang Arka?." Tambah Raya pelan karena terakhir ia melihat kakaknya Athar sempat beradu debat saat di rumah sakit kala itu.
"Cowok kalo terlanjur debat gak usah di tanyain. Gak mutu juga. lagi pula masing masing dari kita pasti punya maksud keuntungan diri sendiri."
Raya mulai tertarik akan penuturan Athar. Emang gitu ya kalo cowo bertengkar "Lo ngorbainin sesuatu?."
"Engga juga si. Cuma dia pinjem motor gue buat balapan."
Raya baru tau bahwa kakak Athar orangnya sedikit sarkas, meskipun dia sudah tau gelagat Arka dari awal agaknya lebih berwibawa dan tegas dari pada Athar. Tapi mengapa masalah keluarganya dengan keluarga Risa seolah Athar sendiri yang menanggung?
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya&Athar (Selesai)
Teen FictionCerita ini di tulis menggunakan hp kentang jadi maafkan kalo berantakan. :)) [END] Proses revisi _________________ Ini bukan tentang kisah broken home yang di picu oleh kdrt atau kerusakan ekonomi. Cerita yang seakan di kendalikan oleh ayahnya keti...