Raya dan Athar adalah dua manusia yang sama sama tidak dapat di jangkau oleh perkiraan masing masing. Dimana Athar yang merasa terkhianati setelah kesalahan Raya, sampai detik ini memang bukan sebuah perhitungan tapi entah mengapa melihat Liam dia benci sekali. dia tidak mau di kalahkan dengan laki laki satu itu meskipun nyatanya ia tidak lebih baik dari Liam. Begitu juga Raya yang selalu menyebut nama Liam sebagai teman sekelasnya dulu, Raya yang kurang memperhatikan Athar dan berasumsi bahwa Athar akan baik baik saja akan pertemanan itu. Siapa yang tau Liam akan beranggapan lain. Entah Athar yang posesif ataukah Raya yang kurang peduli pedahal sejauh ini mereka terlihat baik baik saja.
"Len."
"Hem." Saut Elen santai menyruput kuah mi ayamnya.
"Gue putus sama Athar."
"Uhuk" Sembur Elen spontan mengeluarkan mi ayam yang hampir masuk ke dalam tenggorokanya. Membersihkan sebentar, kepalanya langsung menoleh ke arah Raya meminta penjelasan lagi.
"Terus?. Kok bisa sih?."
Raya meletakan garpu dan sendoknya lagi entah mengapa moodnya seketika hilang untuk memasukan makanan itu ke dalam mulut. "Gue salah ya Len? Gue bingung. Mana dalam waktu dekat Dady mau nikah lagi."
Elen ikut menyudahi kegiatan makan siangnya beralih menghadap Raya. "Ck, sejujurnya gue gak peduli ya sama bokap lo dah gila itu manusia. Coba deh jelasin kenapa lo bisa pelukan sama kak Liam kemaren. Aman kok sama gue."
"Len lo masih percaya gue?."
"Jahat banget gue kalo gak percaya lo. Temen kesusahan bukan di bantuin malah ninggalin. Inget ya Ray gue juga pernah hampir mati gegara bantuin lo ngungkap kebenaran."
Tak tau lagi rasanya, bagaimana dia tidak bersyukur mempunyai sahabat seperti Elen. Orang yang paling bisa membuat mood Raya seketika naik, se penting itu ya peran Raya di dalam diri Elen sampai sampai hampir sekarat di ranjang rumah sakit. Ekspresi Raya berubah getir dengan secuil senyuman di sana. Ah, lagi lagi ingin sekali dia menangis merutuki kebodohannya selama ini.
"Jangan nangis.." kata Elen tersenyum lebar kemudian segera memeluk gadis putih itu. Raya sesenggukan, belum selesai pernyataan pahit dirinya dan Athar kini kalimat Elen sukses membongkar semua air mata yang terbendung. Cengeng sekali. Iya benar kenyataanya memang seperti itu.
"Nanti malem gue ke rumah lo. Cerita ya.." tutur Elen sambil menepuk nepuk punggung gadis itu yang semakin bergetar sesenggukan.
****
Liam berjalan cepat berusaha menjangkau lengan Raya. Pasalnya akhir akhir ini chatnya jarang di balas jangankan di balas di read pun tidak. Ada apa dengan Raya? "Ray.. tunggu Raya!."
Raya menghentikan langkah kemudian perlahan menolah mendapati Liam yang kini sudah berada tepat di depanya "Kak, aku masih sibuk. Kita obrolin besok aja ya." Raya hendak melanjutkan langkah seketika Liam menarik lengan Raya membuat gadis itu spontan bertemu tatap dengan mata hazel milik pemuda jangkung yang di yakini adalah kakak kelasnya.
"Lo kenapa?."
Raya membuang muka. Mengalihkan atensi dari tatapan Liam setelah perkataan Athar beberapa waktu lalu membuat dirinya harus membentengi diri.
"Raya. Lo kenapa gak bales chat gue? Ada yang salah? Tell me."
"Kak berhenti." Tutur Raya dengan sedikit nada penegasan bahkan ia perlahan menepis tangan Liam dari lenganya.
Liam diam ada guratan kecewa dari garis wajah tampan itu. Sebenarnya apa yang salah? Liam hanya berniat membantu bukan mengusik. Oh, shit! Mungkinkah Raya merasa terusik?

KAMU SEDANG MEMBACA
Raya&Athar (Selesai)
Teen FictionCerita ini di tulis menggunakan hp kentang jadi maafkan kalo berantakan. :)) [END] Proses revisi _________________ Ini bukan tentang kisah broken home yang di picu oleh kdrt atau kerusakan ekonomi. Cerita yang seakan di kendalikan oleh ayahnya keti...