Elen datang menghampiri Raya, menepuk bahu gadis itu saat ia hendak menenteng tas di pundak. Raya menoleh tanpa bersuara. Gelagatnya seperti malas untuk di ganggu "Kenapa atuh neng. Jelek banget muka lo hari ini, udah mau pulang?."
"Se jelek jelekanya gue masih jelekan Lo."
"Astaughfirullah. Mulutnya gak lulus TK."
Raya bersendekap dada memperhatikan Elen sebentar membuat yang di pandang seketika membeku. "Bebek lo sibuk nggak?."
"Dih, tumben nanyain bebek gue. Gaada ya acara tikung menikung."
Raya membuang muka menyapu pandangan ke arah lain. Lagian siapa sih yang mau sama si Rudi
"Monmaap pacar gue lebih ganteng ye."
"Visual doang otak geser." Cibir Elen tanpa rasa berdosa. Raya berdecak. Kenapa malah adu pacar sih, sudah jelas jelas mereka sahabatan.
"Double date mau nggak. Gue males berduaan doang, Athar ngajakin tadi."
Elen mengelus dagu sementara otaknya berfikir apakah saat ini pacarnya itu sedang sibuk atau bukan. Sejurus kemudian Elen bergerak menjejal kantong seragamnya meraih ponsel di sana "Tar, gue call dulu. Maklum lah ya bebek gue orang penting."
"Serah lo deh."
"Bek, sibuk?.. mau jalan nggak?.. iya sama Raya juga, apa?, Oh oke oke. Janji ya? Makasih see you bek, bertelor yang banyak ya"
Sambungan ponsel di putus detik itu juga Elen langsung menatap Raya dengan senyuman "Oke, tunggu lima menit lagi katanya."
"Yaudah gue tunggu sama Athar ya."
"Iya sayang."
****
Darma berjalan tergesa menyusuri koridor rumah sakit, urusan kantor baru saja beres namun kemarin keadaan wanita itu katanya memburuk jadi dengan rasa tanggung jawab tinggi ia kemari memberi dukungan semoga saja tidak terjadi apa apa.
"Pak Darma!." Seorang dokter berkaca mata tebal datang menghampiri Darma yang kini telah sampai di tempat tujuanya, dokter itu menyimpan kedua tangan di baju putih lantas tersenyum kecil. "Kondisinya sudah membaik, pasien juga sudah di pindahkan ke ruangan lain. Jadi, pak Darma nggak perlu panik seperti itu.
"Apa?."
"Untung saja bapak cepat menyetujui tindakan operasi semalam, dan Alhamdulillah oprasi berhasil.
"Menyetujui?."
Dokter pun ikut terheran dengan pertanyaan Darma balik, seolah memang dia tidak tau apa apa. "Putri bapak semalam yang datang kesini. Dia juga sudah bilang akan menyampaikan perihal ini dengan bapak. Semua sudah di konfirmasi. jadi, saya juga dengan sigap menanganinya karena pasien benar benar dalam keadaan bahaya semalam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya&Athar (Selesai)
Teen FictionCerita ini di tulis menggunakan hp kentang jadi maafkan kalo berantakan. :)) [END] Proses revisi _________________ Ini bukan tentang kisah broken home yang di picu oleh kdrt atau kerusakan ekonomi. Cerita yang seakan di kendalikan oleh ayahnya keti...