Gue nggak akan tinggal diem ngebiarin lo hancurin semuanya, menghancurkan semua kebahagiaan yang sama sekali gak pantas lo hancurin.Lo pantas menderita, gue nggak peduli lagi mau sehebat apapun lo, mau semenyakitkan apapun hidup lo, gue gak peduli bahkan nyawa gue pun bisa jadi taruhanya kalau lo berulah lagi.
Itu rencananya.
Athar menuliskan sesuatu ke dalam kertas putih dengan khidmat, sesuatu yang ia tulis sebagian dari apa yang ada dalam hatinya. Setelah selesai menulis semua, ia memasukkan kertas tersebut ke dalam amplop lalu meletakkanya di atas nakas Raya,
Setelah kejadian itu, Raya pingsan di hadapan Athar, Athar panik dan langsung merujuk ke arah rumah sakit karena darah yang di keluarkan Raya cukup banyak hingga mengotori sebagian dari seragamnya.
Sebelum Athar pergi meninggalkan ruangan, ia sempat berbalik menatap Raya yang sedang tertidur pulas di atas brankarnya, Ada wajah pucat juga lelah di sana. melihat itu Athar tercenung,
Apakah semenyakitkan itu, Athar melukainya? Apakah sepenting itu Elen dalam hidupnya?
Di tengah lamunan Athar yang cukup lama, tiba tiba Raya membuka mata, perlahan menatap Athar dengan penuh kekecewaan. namun, dia tidak mengatakan satu katapun, Athar hanya bisa tersenyum menyadari itu ia ingin melangkah pergi tapi Raya memanggilnya hingga berhasil membuat ia berbalik
"Gue harap lo nggak sejahat itu"
"Iya" jawab Athar pelan berjalan lambat ke arah Raya.
Raya merasa tak enak berbicara sambil tiduran, jadi ia merubah posisinya menjadi duduk.
"Gue minta tolong " pintanya
" Apa? "
" Lo tau rumah gue kan?
"Iya"
"Lo tolong bilang sama pak Lubis buat gausah cari in gue, bilang ke dia bahwa gue nginep di rumah temen"
"Oke"
"Thar.."
" Apa? "
" Kenapa lo tolongin gue? "
" Karna gue nggak sebrengsek itu"
Mendengar penjelasan itu, Raya berdecak pelan.
"Ya udah pulang sana!, maaf tadi gue bentak lo kasar makasih juga udah di tolongin, ohya jangan bilang ke kak Sena ataupun Elen ya, kalau gue ada di sini besok kan pemungutan suara bilang ke kak Sena gue mundur, gue gak bisa dateng karna urusan penting."
"Iya"
"Ya udah sana pulang. "
Sebelum Athar beranjak dari tempat ia membuka jaket yang ia kenakan kemudian memakaikan jaket tersebut kepada gadis di depanya, jelas saja tingkanya itu membuat Raya terkejut apalagi Athar berusaha memakaikan jaket tersebut dengan telaten, jarak mereka terlalu dekat hingga membuat Raya tak bisa melakukan apapun selain menurut, Athar menarik resleting jaket hingga menutupi leher gadis itu, setelah dirasa cukup pemuda itu tersenyum lalu beranjak pergi meninggalkan ruangan.
****
Elen terlihat muram memasuki kelas, bangku di sampingnya masih kosong dan banyak beberapa bunga dan note sebagai tanda ucapan selamat, tentunya itu dari beberapa menggemar Raya. bel masuk kurang 5 menit lagi tapi kenapa Raya belum juga datang biasanya setiap Elen memasuki kelas Raya sudah stand by di bangkunya.
"Raya mana? Kok belum dateng?
" oi Raya lo kemanain, nih.. nanti tolong kasih ya.. "
" Loh kok dia belum dateng, Nanti salamin ya.. Gue dukung dia"
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya&Athar (Selesai)
Novela JuvenilCerita ini di tulis menggunakan hp kentang jadi maafkan kalo berantakan. :)) [END] Proses revisi _________________ Ini bukan tentang kisah broken home yang di picu oleh kdrt atau kerusakan ekonomi. Cerita yang seakan di kendalikan oleh ayahnya keti...