TIGAPULUH EMPAT

29 3 2
                                    

Malam itu Raya tidak ingin pulang, ia berinisiatif untuk tinggal di apartemen. Mungkin masih terlalu takut jika ayahnya akan menyuarkan intonasi tinggi lagi padanya.

Begitu juga Athar yang langsung respon untuk tidak membiarkan Raya mengemudi sendirian. apalagi awan hitam yang nampak akan turun hujan.

Lalu bagaimana dengan Rudi?.

Kali ini Athar tidak seenak jidat mempermainkan Rudi. Pada akhirnya ia mengajak Raya untuk pulang bersamanya. Rudi tertidur di kursi belakang bersama Eyang, sebelum itu ia mengajak Raya dengan paksa untuk satu mobil denganya. Perihal mobil Raya, dia bisa mengatur.

"Mereka tidur." Ucap Athar setelah sampai di depan mobil putih hendak membuka pintu.

"Gguee..—"

"Udah, masuk. Apa perlu gue bukain pintunya."

Raya mengangguk nurut sembari membuka pintu mobil.

Hening tercipta. Athar yang fokus menyusuri jalanan kota sementara Raya yang sibuk memikirkan cara untuk menuntaskan teka teki di otaknya. Membayangkan Risa menjadi saudaranya lantas apakah itu akan lebih baik?

Sesekali Raya menguap sembari mengecek handphone di genggamanya. Ternyata sudah pukul 9 malam, tak biasanya jam segini dia sudah mengantuk. Apakah ini efek setelah ia menangis beberapa menit yang lalu. Ah, memalukan!

"Ngantuk?."

"Ha?" Raya langsung menoleh dengan mengerjapkan mata beberapa kali.

"Tidur aja, gak papa."

"Emang sekitar rumah lo, ada apartemen ya?."

"Engga."

"Lah terus? Lo mau bawa gue kemana?"

"Ke rumah gue."

Reflek Raya membuka kedua matanya lebar lebar. Cukup kaget mendengar ucapan yang barusan Athar lontarkan.

"Mmaksudnya... Rumah Eyang lo?"

"Iya." Jawab Athar santai tanpa membalas sorot mata Raya. "Udah tidur aja. Kalo udah sampai gue bangunin" Saran Athar sekali lagi. membuat Raya hanya mampu bergumam dalam hati.

Tampaknya mata Raya mulai lelah, juga suasana malam yang mulai bertambah dingin. Di tambah lagi alunan musik  di dalam mobil cukup nyaman untuk menjadi pengantar tidur.

Kepalanya terasa berat, hingga dia dengan mudah menyenderkan kepala dan menutup mata untuk sejenak beristirahat. Athar yang menyaksikan hanya tersenyum kecil. Bahkan dalam keadaan tertidurpun dia masih terlihat cantik. yah meskipun kedua matanya agak sedikit sembap akibat menangis.

Athar mengemudikan mobilnya dengan perlahan, tak lain tujuanya hanya ingin membuat makhluk di dalam mobilnya bisa tertidur nyenyak. Huh, lihat saja kini kepala Raya malah merosot menumpu lenganya yang sedang menyetir. Rambutnya berantakan hingga menutupi wajah cantik itu, bukan keberatan. Pemuda itu malah memanfaatkan keadaan yang sedang berhenti di lampu merah dengan merapikan rambut Raya lalu menempatkan posisinya dengan benar.

Ah, damai sekali.







"Ekhem!."

"EH, anjir!!" Reflek Athar menoleh yang langsung menyaksikan wajah Rudi terbangun dengan ekspresi mengintimidasi

"Mo ngadi ngadi ye lu?!."

Horor weh.

****

Shirly dan Rosie tengah sibuk menghafalkan gerakan dance yang telah di tampakkan di layar laptop.

Ruangan yang cukup besar dengan banyak kaca menjulang tinggi, di situlah mereka berada.

Sedari tadi Kici tidak fokus. Pikiranya melayang entah kemana, dia juga heran mengapa akhir akhir ini dia sulit sekali untuk sekedar konsentrasi.

Raya&Athar (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang