LIMA PULUH DUA

24 3 0
                                    


      Lagi pula Athar juga tidak tau, Kici akan berprilaku seperti ini. Dia hanya menerima kebaikan seseorang. Apakah salah jika menghargai pemberian seseorang? Tentu saja tidak. Hanya saja kesalah pahaman ini seolah menyudutkan bahwa Athar sepenuhnya salah



"Udah gue bilang. Gue gak marah Athar."

Ucap Raya frustasi. sedari tadi Athar terus menggangunya bermain game zepeto di layar ponsel. Athar merengut terus merengek agar mendapatkan perhatian Raya dari layar ponselnya. Lagi pula itu bukan game untuk bertarung yang kalau di ganggu akan kalah. Raya benar benar tidak menoleh sedikitpun.

"Thar, di panggil bu Varia tuh suruh ke kantor."

Ucap seseorang tiba tiba mengganggu kegiatan mereka. Melihat itu Raya membuang muka malas lalu kembali fokus pada layar ponsel.



"Ngapain?." Tanya Athar

"Ya gatau." Kata Kici datar lalu dia keluar di susul Athar yang hendak menemui amanah yang di bawa Kici.







"Ck, Dasar!."

****

Sepulang sekolah Athar tetap tidak mau jauh jauh dari Raya. Berulang kali dia meminta maaf pada gadis itu berharap dapat permaafan secara ikhlas lahir batin dan gaada sedikitpun perasaan kecewa. Tapi namanya hati ya mana bisa secepat itu sembuh. Oke! Ini emang sepele tapi setidaknya Raya mau memaafkan kan? Perihal untuk tidak kecewa sorry kata itu masih sedikit melekat di hati Raya.

Athar hanya merasa tidak enak akan kelakuan Raya padanya yang mulai kembali seperti dulu. Dingin dan datar. Apalagi aksen kata 'aku kamu' sudah tidak ada lagi dalam interaksi keduanya.

Jika di tanya, mengapa Athar sebegitu niatnya? Ya gampang saja. Athar tidak mau Raya berubah dingin seperti dulu, meskipun dia friendly ke semua orang tapi freindlynya Raya ke Athar benar benar membuat Athar merasa spesial bukan seperti antek antek yang menyukai Raya hanya karena cantik dan tinggi pangkat. Meskipun jika di sandingkan agak sedikit jomplang, tapi toh Athar juga tidak seperti mereka yang hanya terpukau akan kecantikan Raya saja. Athar mencintai apapun dalam diri Raya sekalipun dia berubah menjadi Kunti atau sejenisnya. Benar benar Athar mencintai gadis itu.

"Yang jangan gini lah."

"Gini gimana?." Jawab Raya pasrah, lihatlah motor Athar kini menghalangi jalanya yang hendak menjemput mobil di area parkiran.

"Katanya udah di maafin. Tapi kok cuek mulu dari tadi, mau di ajak berangkat bareng juga kamu nolak, malah bawa mobil sendiri."

"Yaudah terus mau kamu gimana?." Jawab Raya putus asa kini langsung mendapati senyum Athar terbit. Gadis itu lalu berdecak malas.

Oke. Raya mulai luluh juga kembali dengan gaya bicara aku kamu.

Athar menyunggar rambutnya ke belakang lalu melirik Raya dan jok motor di belakangnya memberi kode agar Raya mau naik di atas motor miliknya.

Raya sudah paham tapi ia bersikeras menolak. "Gue bawa kendaraan sendiri. Yakali di tinggal sendiri di sini."

Raya mengabaikan. bergerak maju selangkah namun suara klakson tiba tiba menjerit sontak membuatnya terkejut hingga hampir saja jatuh tersandung kakinya sendiri "KAMPRET! Gue hampir jatoh bangsat."

Raya&Athar (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang