EMPATPULUH SATU

25 2 0
                                    

Raya berdecak sebal mendapati Athar yang mengekorinya seperti anak bebek berjalan di belakang ekor emaknya. Ia terpaksa harus berhenti lalu berbalik badan menatap Athar intens.

"PPASS!"

"Apanya yang pas?." Tanya Raya heran menyaksikan pemuda itu masih menunduk fokus kepada ponsel "Nih..." Cowok itu memberikan ponselnya pada Raya

Sial! Dady apa apaan sih.

Iya. Dalam ponsel Athar terdapat pesan dari ayahnya untuk menitipkan Raya kepada Athar karena mungkin bokap Raya nggak pulang untuk hari ini.

Athar dan bokapnya Raya sedikit akrab setelah perbincangan perihal Risa beberapa waktu lalu. Entah mengapa Athar dengan mudah mengambil hati bapak berhati dingin itu.

Pelet lagi mungkin ya?.

"Yuhuu!! Have fun yuk. Gue udah dapat ijin loh."

"Sumpah ya babi banget tau ga?."

"Raya! Ngomongnya itu loh."

"Riyi ngimingi itilih" kata Raya menye menye sambil memutar bola mata jengah

"Yuk." Ajak Athar berkenan menggenggam tangan Raya tapi dengan cepat di tepis duluan

"Apa'an."

"Jalan lah. Bokap lo sendiri loh yang nitipin soalnya hari ini dia gak pulang. Iya kan?."

"Berisik Lo thar."

"Jadi?."

"Nggak! Gue mau pulang, lagi pula di rumah ada bi cantik." Raya melangkah lagi buru buru Athar menarik lengan Raya

"Eits.. eits.. eits.. tidak semudah itu ferguso."

"Ferguso your HEAD!. Udah ah"

"Eeh bentar doong." Athar menarik lagi lengan Raya. Dengan segera ia mencari sesuatu di dalam kantong celananya. "Bangke susah amat.... TARAAAA!."

Raya nyengir menyaksikan Athar dengan bahagianya menentang kunci mobil yang di ketahui adalah milik dirinya. Dari mana dia dapat kunci cadangan itu?

"Lo nyolong ya." Tuding Raya agak speechless

"Positif thinking dulu napa si?." Jawab Athar sarkas melemparkan kunci ke atas lalu di tangkapnya lagi "yuk."

Bener bener kalo udah sama Athar kayaknya sulit untuk menolak, cowok itu selalu punya beribu cara agar Raya mau menuruti omonganya. Haishhh apa apa'an pake bawa bawa bokap lagi.

****

Athar buru buru turun dari mobil kemudian membukakan pintu untuk Raya. Ia membungkuk sekilas dengan tangan mengadah berharap Raya akan menerimanya tapi dugaanya salah gadis bernama Raya itu malah se sukanya ngeloyor tanpa peduli Athar yang masih membungkuk menunggu.

Siyalan! Suka sama cewek gini amat.

"Woii tungguin neeng!!!."

"Ini tempat apa'an ?." Tanya Raya saat Athar berhasil mensejajarkan langkahnya bukan menoleh gadis itu masih sibuk memperhatikan suasana sekitar.

Athar melongos. "Bisa gak sih Lo hargai gue sebagai cowok. Gue yang ngajak gue yang di tinggal." Gerutu Athar kesal berhasil membuat Raya sedikit menoleh.

"Dihh. Jijay lo cowok kok minta harga."

"Dahlah capek debat sama Lo." Bukan menghindar atau pasrah Athar justru sengaja memeluk tubuh Raya dari belakang dengan dagu yang ia letakan di atas bahu. "Raayy... Pacaran yuk?."

Raya menoleh cepat melepas pelukan Athar dari pinggangnya. "Nikah aja gimana?!."

"Etdah. BUSSET?!!." Seketika cengo mendengar ucapan Raya barusan Athar mengambil banyak banyak oksigen lalu menghembuskanya perlahan matanya mengerjap beberapa kali sembari menggit bibir bawah dengan pandangan yang entah melirik ke arah mana Ini nih yang bikin gue seketika kek gak punya harga diri.

Raya&Athar (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang