TUJUH

45 3 1
                                    

Raya kini telah sampai di Rumah atas utusan pesan gak jelas itu, Nyatanya semua baik baik saja, tak ada yang berubah, pak Lubis juga tetap menjalani tugasnya.

"Loh, kok udah pulang non, mang Chen kan masih cuci mobilnya. " itu suara pak Lubis yang langsung siaga saat magicanya pulang.

" Rumah gak kenapa napa pak? "

" Gak papa non, emang kenapa? Saya dari tadi jaga post nggak ada tamu. "

Sialan!. Ini berarty Raya sudah di permainkan,

" Ya udah kalau gitu... " Raya sengaja menggantungkan niatnya ketika pandanganya tertuju pada mobil BMW yang terparkir cantik di area bagasinya, mobil. Sang ayah.

"Dady pulang pak?! "

" Oh iya, non T.. Taapii"

Ke dua kaki itu sontak nyelonong masuk ke dalam pekarangan Rumah, ada yang tidak beres, bahkan Raya menganggap hal itu Mustahil kalau toh Dady pulang siang siang bolong begini.

Setelah sampai, Alangkah terkejutnya saat ia dapati Dua paruh baya itu hampir berciuman. Set dah.. Untung tepat waktu kamu nak!

Kedua makhluk itu berubah pias, Terciduk kaoo bos!

"Mm.. Maaf " Lagi lagi Raya tak bisa berkutik, entah, dia juga tidak tau mengapa mulutnya sulit sekali untuk memberontak.

Apakah ini masih bisa di maklumi.
Sampai kapan?
Sampai kapan juga, kamu diam?

Tanpa peduli, Raya langsung berlari kencang menju pekarangan Taman di belakang Rumahnya, bahkan ia rela jika harus menaiki beberapa tembok yang sedikit menjulang tinggi demi sampai ke tempat yang ia tuju. Tentu dengan maximalitas kecerdasanya, apapun bisa dilakukan.

Bertepatan dengan pak udin yang Sadang menyiram beberpa tanaman, Raya datang dan langsung merampas selang yang di pegang pak udin, ia dengan sengaja menyiram tubuhnya sendiri

"N.. Non ada apa? "

Raya tak ingin menjawab, Air yang ia pancurkan berhasil membuat telinganya tuli. Sudah cukup untuk itu. Di sini Raya merasa begitu bodoh, karena menuruti perintah pesan gak jelas itu.

Seaindainya gue gak nurutin pesan itu

Seandainya gue ikutin saran Elen

Seandainya gue gak menghakimi si Athar dan ikut ekstra music kala itu

Mungkin..
Mungkin gue gak bakal liat ini semua.
Ini memang sudah biasa, tapi mengapa melihat orang yang sama, setelah 3 hari terakhir ini rasanya lebih sakit, kesanya jika Dady benar benar nyaman dengan wanita itu.

"Pak, tolong kunci pintu taman" perintah Raya akhirnya.

****

"Lo kemana aja tadii..? Gue nyariin kemana mana, kata si Athar lo pergi stelah jam istirahat bersama dia?!! "

Benda kotak itu di biarkan saja membeo, biarkan saja Elen mengoceh sana sini sampai kutub utara, Anggap saja ini sebagai bukti penghargaan.

"Kok lo Diem sih Ray, lo kan tau Gue khawatir banget, Gue kira lo di culik orang, soalnya pak korea lo juga gak nongol di sekolah, yah gue parno aja Ray, inget pesan teror itu, gue takut ntar dia bener bener dateng temuin lo di sekolah, gue juga udah pesenin lo sostel sama cirengnya si Risa, dia bilang bakal di kasih lebih loo,, waahh Assik juga ya si Risa.

Hening.

"Raay.. Lo nggak papa? LO NANGIS YA?!!! "

Tuth. Sambungan terputus, Sebenarnya Raya tak ingin meneteskan air mata, tapi mengapa susah sekali untuk di tahan, ah! Jika begini Elen pasti merasa khawatir, dan Raya tak suka di khawatirkan oleh siapapun.

Raya&Athar (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang