SEBELAS

24 2 0
                                    

            Oke happy Reading 💗💗

                                 -
                                 -
                                 -
                                 -
                                 -

Ada yang terikat, tapi bukan janji bukan juga utang. berjalan mengelilingi lapangan Sambil menjewer telinga satu sama lain, Satu tali sepatunya sama sama di ikatkan kepada figur yang ada di sebelahnya. Yah, meskipun keduanya tampak sedikit acuh tapi hukuman itu harus tetap di jalankan.

Raya dan Elen, berjalan dengan satu kakinya yang terikat dua gadis itu tampak sama sama kesulitan, namun anehnya mereka tak banyak bicara hanya saja jeweran di telinga mereka terasa sedikit panas,

Nah lo!  Kok pada ngelampiasin ke telinga sih,  apa gak sakit ya?!

'priiiit'

"Oke hukuman Selesai". Lega rasanya ketika pak Doni melepas hukumanya, lelaki tak berambut itu langsung pergi meninggalkan tempat.

Gak ada yang di sampein apaaa gitu? Pasalnya mereka ini masih dalam mode canggung.

Mereka duduk di tepi lapangan, tanpa melepas ikatan tali sepatu.  Keduanya sama sama enggan melepaskan tali sepatu yang masih terikat itu, bukan karna ingin dekat dekat tapi malas mengutak atik tali sepatu yang kesanya terlihat rendah, ya bayangin aja kayak tukang sol gitu, yang satu berusaha memperbaiki yang satu malah dengan aroganya mengangkat kepala bak seorang Cinderella, gak mungkin kan. Apalagi keduanya memang memiliki ego yang tinggi.

"Bengong aja, nih minum.. " terdengar suara Risa mendekat sambil menyodorkan dua botol air mineral.

Hening.

Tak ada respon dari mereka, bahkan minuman botol dari Risa pun tak ada yang mau menerimanya.

Katanya together, forever,gak bisa di pisihain atau bla bla bla, lah ini? Kok udah berubah, padahal baru kemaren loh ngomongnya.

"Jam selanjutnya akan segera di mulai, masuk ayok" ajak Risa memilih untuk meletakan kedua botol minumanya di atas kursi kayu yang tak jauh dari sana.

Raya dan Elen sama sama melirik satu kakinya yang sedang terikat, dan... ya ampun kok udah rapi siapa yang lepasin dan iketin.

Keduanya spontan menatap Risa lekat lekat, gadis itu lalu tersenyum kecil.

"udah rapi, udah ayok"

****

Raya ingin marah, ingin bicara kasar, ingin memusnahkan semuanya, ingin  dan ingin meninggalkan, tapi kenapa rasanya sulit sekali. Apa pantas ia mengikut campuri urusan Dadynya yang sudah jelas jelas membiayai hidupnya selama ini, bekerja keras, dan selalu memberikan apa yang dia mau, meski pada dasarnya Raya tak pernah ingin yang berlebihan.

Melihatnya tertidur pulas seperti ini membuat hatinya sakit, ia bahkan tak bisa berkata apa apa saat ada wanita lain duduk dengan tenang di samping daddy. ya! wanita yang akhir akhir ini sering muncul.

Biasanya mami yang selalu ada di samping dady dikala sakit, tapi melihat wanita itu..  Ah! Menyebalkan.

Ada dua asisten yang sedang berjaga di depan pintu kamar rawat daddy. Kedua asisten itu melirik Raya dengan heran, pasalnya Raya baru saja sampai tapi ia malah buru buru balik lagi.

"Gak masuk, non?."

"Nggak nih, tiba tiba ada tugas kelompok" kata Raya ingin beranjak tapi asisten itu berkata lagi, membuat Raya langsung terdiam

Raya&Athar (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang