KRIIINNGG....
KRIIINNGG.....
KRIIINNGG......
Suara bel menjerit nyaring menimbulkan para penghuni high prawira berteriak antusisas, kecuali para guru ya.
Raya yang berniat pergi ke ruang musik jadi urung ketika melihat Athar langsung berjalan ke arah parkiran.
Bukan apa apa, melainkan beberapa jam yang lalu mereka berangkat bersama menggunakan motor Athar.
Berangkat bareng, pulang juga harus bareng dong. Raya juga gak mau buang buang uang. Lagi pula kemarin Athar sendiri yang berjanji untuk setia mengantar jemput dirinya setelah menjamin bahwa mobilnya baik baik saja di kafe. Dia juga yang membawa Raya untuk ikut serta menginap di rumahnya.
Nah, sekarang siapa yang harus tanggung jawab.
"Heh! Thar, tunggu."
Raya berlari mengikuti langkah Athar yang sudah tertinggal sedikit jauh, setelah lelah berlari pada akhirnya dia bisa mencegah Athar di tempat parkiran. Benar saja makhluk jangkung itu berniat untuk meninggalkannya.
Gaadaakhlak.
"Heh, Lo kenapa gak ngomong gue sih?! Bukanya lo ada ekstra juga ya. Maen nyelonong aja!"
Athar menaiki motornya kemudian memakai helm tanpa melirik ke arah Raya sedikitpun.
"Lo beneran mau pulang? Terus gue gimana? Gue masih ada ekstra."
Athar menatap Raya sejenak lantas membunyikan klakson motor membuat Raya terlonjak kaget sambil mengumpat kecil.
Hal itu sukses membuat Athar sedikit tertawa.
"Gak lucu! Terus gue gimana, Lo jangan seenak jidat dong... Gue gak mau tau ya. Lo harus tungguin gue selesai ekstra titik"
"Kok maksa."
"Ya karena lo yang buat perjanjian, lagian lo Pake acara dramatisan segala mau anterin gue terus nyewain rumah sama kamar...
Raya seketika bungkam mengetahui telunjuk Athar tiba tiba mendarat di sudut bibirnya.
Athar menatap mata Raya lama sembari menarik nafas sebelum berbicara.
"Lo pengen deket gue terus ya? Bawa uang kan? "
"Ttapi..."
"Ssst.., gue mau ke rumah sakit jenguk Elen
"Yaudah gue ikut."
"Gausah."
"Heh, gue sahabatnya. Jelaslah gue lebih baik bolos ekstra dari pada gak jenguk dia. Yaudah ayo." Raya bergegas naik namun Athar dengan sigap mencekal lengan Raya membuat gadis blonde itu seketika terdiam lalu menatap atensi Athar dengan nanar.
"Yakin sahabatnya?." Tanya Athar dengan tatapan tenang namun berbeda dengan Raya yang langsung di buatnya gagu sembari menelan ludah susah payah.
Sepertinya dia kalah telak.
"Yya... Iya."
"Bukanya lo sendiri yang...
"Ah, udah. Yaudah Sono pergi yang jauh! gak usah balik sekalian ikhlas lahir batin gue." Jawab Raya kesal. Dumelan itu mampu membuat perasaan Athar menghangat, kemudian entah kenapa sudut bibir itu sedikit terangkat.
Hem, dia rindu jika Raya marah seperti ini.
Athar melipat kedua lengannya di dada kemudian menarik nafas sebentar dengan manik mata yang belum lepas memandangi Raya.
"Besok besok kalo ngeracunin jangan Asal."
Garis wajah Raya berubah kaget, perasaan dia tidak melakukan apa apa. Apa dia pernah melakukan kesalahan tapi selama ini tidak sadar?. Kapan? Dimana?

KAMU SEDANG MEMBACA
Raya&Athar (Selesai)
Teen FictionCerita ini di tulis menggunakan hp kentang jadi maafkan kalo berantakan. :)) [END] Proses revisi _________________ Ini bukan tentang kisah broken home yang di picu oleh kdrt atau kerusakan ekonomi. Cerita yang seakan di kendalikan oleh ayahnya keti...