LIMAPULUH EMPAT

25 2 0
                                    

Tau, apa yang di beli Raya di supermarket? Tumpukan botol yogurt dan juga minuman Yakult. Dua keranjang belanjaan penuh hanya di isi minuman minuman yang Athar pun belum pernah mencobanya. Ini benar benar aneh, ada apa dengan Raya?. Oh, shit! Kali ini apalagi dia mengambil minuman bersoda 5 botol yang isinya 1 liter lebih belum lagi keranjang yang di bawanya sendiri di isi oleh beberapa permen yupi, permen karet dan aneka permen permen lainya. Sungguh belanjaan yang kurang berbobot.

Tau kan, jika Athar tak suka pemborosan. Sebenarnya dia mampu untuk membayar semuanya tapi melihat Raya berbelanja tanpa kendali seperti ini membuat kepalanya tak berhenti geleng geleng.

Stok sih stok. Tapi haruskah sebanyak ini? Empat keranjang penuh bahkan tadi sempat rebutan dengan mbak mbak yang mau mengambil satu pack Yakult. Raya sudah mendapatkan banyak barangkali mengikhlaskan satupun Raya kekuh tidak mau.

"Yang.. haruskah kayak gini ini mubadzir banget loh kalo exp jangka waktu pendek sayang uangnya."

"Aku nggak minta bayarin kamu kok." Jawab Raya santai, kini tanganya beralih memilih milih beberapa makanan ringan. Oh, tidak keranjang yang di bawa Raya sudah hampir penuh. Jadi fungsi Athar di sini hanya menjadi pembawa keranjang?







Athar meletakan dua keranjang yang di bawanya ke lantai. Tanganya segera meraih lengan Raya menghentikan kegiatan gadis itu hingga sang figur menoleh ke arah si lelaki. "Udah ya.."

Raya berdecak, memiringkan wajah menatap si lawan bicara dengan mata memicing. "Duit gue banyak. Dady kerja buat ini.. buat gue seneng seneng! Dady aja suka rela ngasih aku semuanya. Dan ini yang aku suka. why not?


"Tapi nggak harus mubadzir kayak gini. Itu namanya pemborosan."

"No! Justru ini harus, karena gaada lagi yang aku miliki selain ini. Jadi aku harus gunain sepuas puasnya."


"Oke, nggak papa kamu habisin aja duit kamu tapi jangan cara yang kayak gini."

"Terus?."

"Kita beli makanan sama minuman sekalian. Kita bagiin ke anak jalanan."

"Emm yaa not bad.. Oke. Kita beli banyak se banyak—banyaknya, tapi dua keranjang di tangan kamu tetep aku beli. Kalo yang ini..." Raya menentang keranjangnya tinggi tinggi "Aku kembaliin oke?."

Athar menghela nafas berat "Iya, terserah kamu."
















Setelah beberapa jam membagikan makanan kepada orang yang membutuhkan. Athar menepikan mobil di sebuah kafe yang tak terlalu jauh dari sana. Tempatnya minimalis dan terkesan sangat nyaman meskipun tidak terlihat mewah setidaknya untuk sekedar tempat  beristirahat. Kebetulan desain kafe juga di model lesehan. Sangat sederhana.

Athar memesan kopi dan Raya tidak menginginkan apapun. Dia sudah cukup kenyang sejak 3 jam yang lalu sebelum adegan dramatis terjadi. Jam menunjukan pukul 21.30 dan mereka tidak terlihat mengantuk sama sekali.

Raya duduk membuka botol mini yakultnya lalu meneguk dengan satu tegukan membuat Athar geleng geleng tak faham dengan gadis itu.

"Tenang aja. Aku gak bakal gendut. Besok mau work out."

"Aku malah seneng kalo kamu gendut."

Raya melempar bekas botol Yakult tepat mengenai jidat Athar "Gak ada! Enak aja. Susah tau ngurusin badan."

Athar terkekeh kecil. Senang rasanya melihat Raya marah marah lagi. "Kalo aku sukanya yang gendut gimana?."


"Oh, yaudah! Sana sama Bu Neni aja. Mayan tuh buat trampolin kalo lagi gabut."

Raya&Athar (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang