DUAPULUH

32 3 0
                                    

Raya masih penasaran mengapa Dady  merampas ponsel miliknya secara tiba tiba, awalnya Raya mengira Dady akan melarang Raya memfungsikan ponsel gara gara kejadian pulang malam bersama Athar waktu itu. Tapi nyatanya Raya malah mendapat sebuah handphone baru, keliatanya lebih mahal dan terkesan lebih mewah dari pada sebelumnya. Ah, rasanya janggal. Apa yang di pikirkan dady sebenarnya?

"Hei, ngelamun apa?."Risa mengagetkan Raya di tengah kesibukannya memikirkan berbagai hal.

"Bokap sita ponsel gue," Papar Raya pelan.

"Lah, kok bisa terus lo nggak punya ponsel dong."

"Punya, di beliin yang lebih bagus  malah."

Mendengar itu Risa termenung sejenak, mungkin ada sesuatu yang penting dalam ponsel lamanya.

"Emang tujuan bokap lo apa pake sita ponsel lo segala, ujungnya ya di beliin lagi."

Raya menggelng pelan pertanda ia tidak tau.

Apa Dady tau ya kalau seorang sedang meneror gue.

"Ris, lo pernah nggak sih di usik seseorang? " Tanya Raya tiba tiba, entah mengapa pikiran random itu ingin sekali ia tanyakan pada Risa. Seseorang yang di ajak bicara nampak tak terkejut, mungkin dia pernah mengalami hal hal seperti itu.

" Ya pernahlah."

"Tapi orangnya misterius"

Risa berpikir sejenak sambil menerawang ke arah sudut sudut dinding.

"Nggak sih, cuma orangnya bikin gue risih"

Raya manggut manggut, ia pernah mendengar bahwa Risa sedang di sukai seseorang yang entah siapa itu, gosip yang beredar jika cowok itu berasal dari kelas Ipa 4 yang alaynya minta ampun. Mungkin dia terusik karna orang itu.

"Terus lo ganti nomor baru?

Raya mengangguk lagi.

"Terus Elen?

"Gue masih simpen nomor Elen, entar tinggal gue suruh simpen aja, sini hape lo"

Risa mengerutkan dahi, sementara Raya sudah berhasil merebut ponsel Risa yang memang tengah bertengger si genggamanya.

Raya nampak mengetikkan sesuatu di dalam sana, membuat Risa sedikit penasaran.

"Mulai sekarang lo dan Elen yang punya nomor gue, inget! Jangan sebarin ke orang lain karena saat ini gue hanya bisa ngandelin lo."

Risa mengangguk faham, mungkin dia butuh teman selain Elen.

Beberapa detik kemudian, Raya beranjak dari kursi, ia sempat berpamitan pada Risa karena hendak pergi ke kamar mandi.

"Duluan ya"

"Hem." Setelah kepergian gadis itu, Risa memandangi ponselnya. Untuk apa Raya segan memberi nomor telfonya.

****

Athar tertegun setelah mendapati secarik kertas di dalam lokernya, di sana terdapat tulisan yang membuat nafas Athar memburu, bahkan rahangnya mulai mengeras.

Jauhin dia kalau lo bukan seorang PECUNDANG!!

Setelah membaca kertas tersebut Athar hanya tersenyum licik, mungkin kata pecundang sungguh teramat ilegal dalam kamusnya, sudah lama ia tak mendapati kata itu, namun kini ada seseorang lagi yang berulah . Dia kira Athar akan diam saja seperti dulu.

"Dasar orang tak tau di untung" lirih Athar di sela tanganya meremas kertas tersebut.

"Kenapa thar? " Tanya Raya yang kebetulan lewat, spontan Athar menoleh gelagapan.

Raya&Athar (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang