LIMAPULUH TIGA

31 3 2
                                    

Tidak ada yang menyangka bahwa hati seseorang bisa di bolak balikan. Dia mengetahui jika perlakuannya salah bahkan dia sampai ingin bersujud di depan putrinya demi meminta permintaan maaf dari segala kesalahan yang pernah ia buat. Tapi.. iya tapi keras kepala Darma belum hilang.

"Iya, Dad Raya tau."

Raya semakin mempererat pelukanya. Rasanya kecewa namun ia benar benar tak ingin kehilangan pahlawannya itu. Lupakan rasa kecewa saat ini yang Raya butuhkan hanya dekat dengan Darma tidak kemana mana dan tetap berada di pelukanya namun apakah ini bisa berangsur lama.

Kedua mata Raya masih menatap datar, pandangan kosong dan pikiran yang entah kemana. Ini baru pertama kali ia melihat ayahnya menangis tersedu seperti ini. Memang power wanita itu begitu berarti bagi ayahnya. Raya bisa apa. Cukup di dekat Darma seperti ini rasanya ia sedikit lebih berguna dari pada hanya diam di rumah seperti manusia yang hanya numpang di rumah orang.

"Makasih sayang. Dady diem karena gak tau mau memulai bicara darimana. "

"Iya, Dad gapapa."

"Dad, cuma mau masalah kita selesai. Kamu gak kesepian lagi kita akan bangun keluarga baru dan–—

"Dad, udah ya kasian Elen nunggu di luar." Raya mengendurkan pelukanya tersenyum kecil sempat melambaikan tangan kemudian berjalan pergi.

Inilah hal yang benar benar di takuti Raya. Perasaanya serasa di hantam tombak panas bertubi tubi hampir saja dia tidak bisa bernafas karena kalimat barusan rasanya sungguh sesak namun setelah keluar dari ruangan segera menetralisasikan ekspresi seolah tidak ada sesuatu yang terjadi.


Darma akan menikahi wanita itu.

****

"Yang. Pelan dong kalo makan, habis puasa apa gimana dah?

"Iya, habis puasa setaun."

Athar tercengang mengunyah makanan pelan pelan sembari mengamati si gadis dengan tatapan prihatin. Baru kali ini dia melihat Raya se rakus itu.

Athar mengambil tisu untuk mengelap permukaan mulut Raya yang kotor namun dengan engganya cewek itu menepis mengelap mulutnya sendiri dengan kaos lengan. Athar hanya geleng geleng tak percaya bahwa gadis di depanya ini seorang Raya Darren padahal gadis itu terkesan sangat rapi dan tak suka berantakan apalagi kotor begini.

"Foto yuk?." Tawar Athar mengangkat kameranya tapi Raya langsung menggeleng

"Gamau aku jelek."

"Buset. Siapa yang berani bilang kayak gitu?!."

"Gue! kenapa?!." Tantang Raya galak dengan mata melotot tentu saja membuat Athar seketika  mengatupkan bibir.

Setelah makanan habis Raya menghempaskan sendok dan garpu di atas piring hingga menimbulkan suara nyaring. pergerakan itu spontan mengundang perhatian banyak orang.

"Ray..."

Raya berdiri mengambil tangan Athar kemudian buru buru di bawanya pergi. Entahlah, Athar benar benar bingung.

Mereka berhenti di depan wahana bianglala, kebetulan ini malam Minggu jadi suasana agak ramai banyak orang orang juga yang mengantri di sana. "Yang, jangan ah. Tinggi banget ituuu..." Rengek Athar bergidik ngeri melihat wahana di depanya padahal fungsi bianglala hanya bergerak lambat berputar semakin tinggi.

Raya mengintimidasi membuat Athar seketika mencebikan bibir. Gadis itu mendekat pada si lelaki, bergerak maju lantas berjinjit sedikit mengecup pipi Athar sekilas. Si gadis tersenyum bergelayut manja pada lengan Athar kemudian di ajaknya berjalan mendekat pada loket untuk membeli dua lembar tiket

Raya&Athar (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang