EXTRA CHAPTER

38 2 7
                                    

Meskipun rasa sakit itu masih ada tapi aku yakin kebahagiaan pasti berpihak kepadaku, kali ini aku harus bahagia.

Terima kasih untuk luka, mungkin jika tidak di takdirkan seperti ini tidak banyak orang orang baik  berada di sekitarku.

_Raya Darren_

Sebuah pelajaran yang tidak  pernah aku lupakan. Kepingan dan rasa cemas itu selalu menghantui ketika aku menengok ke masa lalu, aku merasa menjadi manusia yang paling bodoh.

Untuk ayah, terima kasih telah mengajarkan aku menjadi laki laki yang kuat dan dewasa terlebih untuk kamu, terima kasih telah menyempurnakan mimpiku.

_Alfathar Refaldi j._

****

Raya menangis sesenggukan di dalam kamar. Beberapa jam yang lalu ia tak sengaja bertemu Dady bersama keluarga barunya. Mereka tampak lebih bahagia dari masa masa yang lalu bersama Raya. Dimana Risa merajuk untuk di belikan es cream sementara Regan sibuk memotret momen momen keluarga bahagia tersebut. Raya tau dirinya sudah dewasa tapi mengapa rasanya masih begitu sakit. Apakah Dady sudah lupa akan keberadaan dirinya ataukah Dady sudah tidak peduli lagi?

Tuhan, sebenarnya Raya salah apa. Mengapa seakan dirinya yang selalu mendapat karma.

Raya buru buru mengusap air mata ketika pintu bercat putih itu di ketuk.

Tok tok tok

"Ray makan dulu."

"Iya kak bentar, lagi beresin buku." Alibi Raya mengusap lelehan air mata susah payah.

****

Darma meminta izin kepada istrinya untuk mengangkat telfon dari seseorang. Sang laki laki beranjak menjauh mencari tempat sepi untuk sekedar memberikan kenyamanan.

"Iya?."

"..."

Darma tersenyum lebar, genggaman di handphonya semakin erat. Entah apa yang mereka bicarakan hingga hampir membuat Darma menangis haru.

Darma menelan ludah susah payah. Rasanya tenggorokannya pun kering, bahkan untuk sekedar berbicara saja seperti tercekat karena masih dalam keadaan tercengang.

"Ooke. Kamu handle semua ya. Ssaya pasti akan beri kamu bonus jika semuanya berjalan lancar. Sekali lagi saya ucapkan makasih."

"..."

Tit!.

Ponsel langsung dimatikan oleh Darma dengan perasaan menghangat. "Terima kasih ya Allah." Ujarnya sembari mengusap wajah terharu.

****

"Serius?!." Kaget Liam sontak menyemburkan kopi yang barus saja di minum

"Iya kak."

"Dia kok gak ngomong ke gue."

"Lah, padahal udah gue suruh." Heran Kici menaruh sendok yogurt ke dalam wadah.

Tak lama Raya turun dari tangga dengan dua tangan mengikat rambut ke belakang. Dua orang yang berada di meja bundar tiba tiba  mengintimidasi entah karena apa, membuat Raya berubah bingung.

Raya menarik kursi meletakan tubuh di atasnya dan bergerak untuk mengambil makanan tapi kedua makhluk di depanya masih diam dengan kontak mata yang belum lepas menatap kehadiran Raya sedari tadi.

"Kenapa?." Bingungnya sendiri

"Menurut lo kenapa?." Tanya Kici balik seolah perempuan itu tengah memiliki masalah dengan mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Raya&Athar (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang