LIMA PULUH SATU

29 2 1
                                    




Hari sudah beralih petang. Langit langit biru juga sudah tak lagi nampak, Rudi meletakkan bokongnya di deretan kursi pedagang nasi goreng dengan helaan nafas lelah. Pemuda itu capek mengikuti jejak bocah bocah petakilan yang sedari tadi riview riview makanan melalui kamera yang di bawanya.

Tidak ada perasaan. Tapi sebagai upahnya dia tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun untuk membuat gadisnya senang. Semua biaya di tanggung oleh siapa lagi jika bukan Athar yang baru satu Minggu kemarin meresmikan outlet barunya.

Sebenarnya ini adalah ide Raya untuk menguras ATM milik pacarnya itu. Lagi pula Athar juga tidak menolak, sebuah keajaiban juga karena pemuda itu jarang menghambur hamburkan uang. Lebih tepatnya suka menabung.

"Sini di pijitin." Elen mendekat, duduk di sebelah Rudi lalu memijit bahu pemuda yang tengah kelelahan itu.

"Kanan kanan ay.. uh, iya situ!." Instruksi Rudi pada pijitan Elen yang di berikan padanya.

Sementara Raya dan Athar masih asik melihat lihat Vidio yang berhasil di ambil oleh Rudi. Wah, gak salah juga mereka memilih Rudi untuj memegang kamera. Cocok nih jadi youtuber.

"Yang, gak capek?."

"Hem?."

"Gak capek?." Ulang Raya sekali lagi

Athar tersenyum kecil lalu menggeleng. "Seneng malah."

"Makasih."

"Buat?."

"Udah di senengin."

Athar tersenyum lagi, kali ini tanganya merambat mengelus rambut lurus milik Raya. "Iya, sama sama. Mau dinyanyi'in?."

Mata Raya langsung berbinar "Mau!."

Ini seperti bukan Raya, gadis itu jarang sekali bersifat manja seperti ini. Dari tatapan yang Athar dapat gadis itu nampak bahagia sekali malam ini. Padahal jika di bandingkan dengan kehidupan mewahnya ini sama sekali bukan apa apa.

Gadis itu benar benar sempurna  di mata Athar meskipun dia tau ada yang hancur dalam separuh hidupnya kala melihat ia menangis. Dan Athar akan menegaskan bahwa kali ini dia tidak akan membiarkan siapapun membuat air matanya terjatuh.

Manusia tidak ada yang sempurna. Tapi menurut Athar Raya adalah manusia yang cukup sempurna di kehidupan Athar dan ia patut untuk bersyukur. Iya, memang semua orang tau Raya sempurna karena wajahnya yang cantik tak ada lawan. Tapi poin yang di tangkap Athar bukan hanya itu bahkan tidak itu. Entah karena apa.

Jangan lupakan jika Athar berkali kali di tolak oleh Raya hanya karena Raya menganggap Athar sama seperti orang orang yang sering menggodanya atau yang sering mengiriminya coklat. Athar berbeda!

"Aku vidioin ya."

Athar yang hendak bernyanyi jadi urung kemudian menatap Raya lagi dengan perasaan yang entah di namai apa

"A..Aku?." Ulang Athar merasa tak percaya Raya akan berkata demikian

Ini bukan aksen bicara dalam hubungan mereka sama sekali.

"Hah?." Jawab Raya cengo. Merasa ada yang salahkah?

"Tadi bilang. A..Aku?."

"Eeh.. E.. iya. Kenapa? Gak boleh? Yaudah deh, lanjut nyanyinya."

"Gak. Gapapa panggil gitu aja gapapa sumpah gapapa!."

Dasar si Athar!

"Iya iya. Biasa aja kali!."

Raya&Athar (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang