Senyuman Athar langsung merekah setelah melihat Raya membuka pintu dengan sudah berganti pakaian.
Gadis itu tampak tak ada niat. wajahnya terlihat malas, ada juga pakaian yang ia kenakan seperti siap untuk menemani guling di tempat tidurnya,
Athar sempat kecewa karna Raya mengenakan pakaian yang menururutnya tak ada cita cita menghargai. kaos panjang bergambar sapi dengan setelan jins navi selutut.
Sempat juga ada rasa kagum sebab Raya begitu cantik dengan pakaian santai seperti ini, sayang. Orangnya jauh dari kata santai.
Menurut Athar.
"Yuk! " Athar ber yuk Ria. tapi alangkah manisnya, si perempuan justru menggeleng pelan, membuat dahi Athar seketika mengernyit.
" Tadi lo ngomongnya entar sore kan?
Raya mengangkat wajah memandang matahari yang begitu terik dengan mata menyipit, satu tanganya ia angkat ke dahi "Panas!"Raya melirik Athar sebentar
"Gue tidur dulu ya?" Sempat nyengir dan ingin berbalik masuk, Namun cepat cepat Athar mencekal lengan Raya kuat, sesekali menatap mata hazel milik Raya dengan tajam.
"Gue ralat omongan gue waktu itu lagian lo juga ngapain kabur pas pelajaran bu Varia. lah sekarang gak tau kan di suruh apa? Mangkanya udah deh nurut aja sama gue,!."
Raya terdiam, tanpa banyak bicara Athar sukarela menarik tangan Raya menuju motor yang ia parkir di depan rumah, lagi lagi Raya gak bisa menerka mengapa Athar seminat ini untuk mengajaknya
"Gue bawa motor jadi lo nggak usah komen. " Athar berujar di tengah perjalanan menuju motornya.
Wajar saja. Rumah Raya memang bagaikan lapangan olahraga, bahkan Athar malas memasukkan motornya ke dalam rumah karna selalu di atur oleh petugas keamananya, parkir sepeda sendirilah mobil sendirilah sekalian aja ni tempat jadiin terminal. Ribet amat!
"Siapa yang komen" protes Raya
tak terimaTak lama mereka pun sampai di depan motor Athar. Athar langsung saja menunggangi motornya tanpa basa basi, sementara satu tanganya spontan menyodorkan helm untuk Raya.
Raya canggung dan mematung.
"kenapa? " tanya Athar menyelidik
" Nggak- "
" Nggak-"
Kelabakan.
Mereka kompak berujar, hingga beberapa detik pun ada suatu keheningan.
"lo mau ngomong apa? " Ucap Raya sedikit penasaran
" lo duluan" jawab Athar
"lo dulu aja"
"Nggak usah canggung lo dulu aja"
"lo deh"
"Giliran gue ngehargai cewek, lo nggak mau ngomong"
"Oke maksud gue gak jadi " jawab Raya cepat " terus lo mau ngomong apa? " tambah Raya sinis masih saja ingin tau
" Nggak penting.. ! Ya udah cepetan naik "
Raya mengamati sekilas, ada rasa canggung jika harus naik motor berdua apalagi jaraknya bukan tidak lagi begitu dekat. Tapi ya nggak mungkin cukup buat bertiga masa iya harus nyuruh pak lubis di tengah tengah.
Tadinya sih Athar mau ngomong 'nggak mau naik motor?' tapi janganlah, Athar pikir itu hanya akan membuang buang waktu saja. sedangkan Raya, bukan tak ingin naik motor tapi ia hanya menanyakan, hal yang wajar seperti 'nggak pake helm?' masa dirinya pake helm tapi Athar engga.
Kalau di pikir lagi menurutnya itu hal bodoh jika ia mengatakanya. Bukan tak pasti Athar bakalan memamerkan betapa gentelnya dia melanggar peraturan polisi, gak mutu kan? Yeps pokoknya jangan di tiru sikap kaya gitu
*****
_______________________
____________________Chapter paling sedikit 😁
Dari sinilah dimulai.. 🙈
Yuk cuzz#LOPLOPREADERS
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya&Athar (Selesai)
Подростковая литератураCerita ini di tulis menggunakan hp kentang jadi maafkan kalo berantakan. :)) [END] Proses revisi _________________ Ini bukan tentang kisah broken home yang di picu oleh kdrt atau kerusakan ekonomi. Cerita yang seakan di kendalikan oleh ayahnya keti...