"Lo pe'a anjir.. ya siapa yang gak ngamuk si di gituin. Lagian lo ngapain nerima makanan dari cewek gatel kayak gitu."
Malamnya Elen dan Athar bertemu di sebuah kafe untuk membicarakan hal hal yang terjadi pagi tadi. Tujuan Elen hanya untuk meluruskan permasalahan mereka, sebab Raya juga tak kunjung mengangkat telfonya sejak sepulang sekolah tadi Athar pun begitu.
Athar mengusak kasar rambutnya dengan perasaan cemas dia merasa bodoh sekali baru menyadari kesalahanya. Elen sudah tidak tau lagi mau menasehati dari mana. Se marah marahnya Elen dengan Rudi ia tak pernah mengabaikan pesan dari cowok itu, minimal hanya membaca walaupun tidak di balas dan Raya sama sekali tak ada tanda tanda ingin berinteraksi dengan mereka.
Elen jadi ikutan frustasi. Tak lama kemudian Rudi datang dengan ekspresi datar yang memang dia tidak tau apa apa soal mereka, ia hanya menemani Elen juga ikut meluruskan jika mampu. "Lo apain Raya?." Tanya Rudi santai kemudian menarik kursi di sebelah Elen dan duduk anteng di sana.
"Ck, dia beneran of sosmed loh." Beri tau Elen setelah mengotak ngatik ponselnya. Kini Rudi melirik ke arah Athar
"Lo apain sih?."
"Gue nggak ngapa ngapain anjir!."
"Seharusnya meskipun Lo ngerasa gak enak sama Kici karena udah di kasih makanan. Lo juga gak bisa diem aja cewek lo di katain kayak gitu. Gue tau Raya. Dia anakanya dewasa sama sekali nggak Persis sama omongan Kici. Gue yakin lo juga tau kan Raya kek gimana?."
Athar mengangguk pasrah dia mengakui jika salah. Dia menyesal tidak membela gadisnya. itu sama saja membuat Raya merasa malu.
Rudi semakin paham apa yang di bicarakan mereka setelah meminta penjelasan singkat dari mulut Elen.
Kini Elen kembali dengan mode seriusnya. Sama sekali tak ada ekspresi bercanda dari wajah mulus itu. "Terus rencana lo apa thar? Gue yakin Raya cuma kecewa. Dia juga gak mungkin break gitu aja cuma gara gara hal kecil kayak gini, cuma ya bagaimanapun itu lo harus kasih kepercayaan lagi sama dia."
"Bentar" Selat Rudi "Emang lo ngerasa Raya cuma manfaatin Lo?."
Pertanyaan Rudi sukses membuat Elen terdiam begitu pun Athar yang langsung membulatkan matanya "Ya nggaklah anjir!! Gue bersyukur malah dia mau sama gue."
Rudi melipat ke dua tangan di dada lalu kembali memberi beberapa pertanyaan "Trus ngapain lo diem aja? Masa cuma gara gara lo nggak enak sama si Kici terus Lo cuma diem nontonin mereka berantem."
Athar mendesah setelah menyesap se cangkir kopi sembari memijat pelipisnya pelan. "Gak tau kenapa, kalo liat Raya marah gue gak bisa apa apa, kek gue mengharuskan diri gue buat diem aja. Karena kalo gue ikut campur otomatis juga Raya tambah marah apalagi makanan yang gue suapin ke dia itu dari Kici. Gue juga nggak tau Kici malah kayak gitu."
"Bego!."
Elen menggelengkan kepala lantas buru buru membenarkan letak tasnya hendak beranjak dari sana namun Athar segera menahan "Mau kemana?."
"Ke rumah Raya."
"Mau di temenin ay?."
"Nggak usah, lo kasih pencerahan aja sama nih anak."
****
Elen sampai di rumah Raya dalam waktu 20 menit. Rumah itu tampak sepi bahkan saat ia masuk ke dalam rumah sempat di kagetkan oleh beberapa kaca marmer yang pecah berserakan di lantai entah dari mana sumbernya tak lama pembantu Raya segera datang sempat menyambut ke datangan Elen sebelum buru buru membersihkan percikan kaca di lantai.
"Aduh, maaf ya neng. Rumahnya masih berantakan."
Elen tersenyum kecil lalu mengangguk kikuk. "Nggak papa bi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya&Athar (Selesai)
Teen FictionCerita ini di tulis menggunakan hp kentang jadi maafkan kalo berantakan. :)) [END] Proses revisi _________________ Ini bukan tentang kisah broken home yang di picu oleh kdrt atau kerusakan ekonomi. Cerita yang seakan di kendalikan oleh ayahnya keti...