DUAPULUH ENAM

12 3 0
                                    

"SIAL!!."

Athar menendang batu kecil yang ada di depanya. Perlahan ia mengatur nafasnya agar emosi bisa terkontrol, Raya sudah tidak ada di tempat, itu tandanya dia sudah terlambat. Bukan, Athar tau Raya belum di jemput asistenya, dia tau siapa gerangan yang mengakali strategi seperti ini.

"Huh, gimana thar?, Gue juga dapat kabar katanya kantor bokapnya Raya di bobol."

"Apa?! pasti ini sebagian rencana mereka juga."

"Tenang, gue udah lacak tempatnya."

Di balik perbincangan mereka berdua, ada sesosok yang sedang mendengar percakapan mereka, ia hanya tersenyum samar kemudian menutup wajahnya dengan masker lalu pergi meninggalkan tempat persembunyian. Sepertinya dia juga ada di balik dalang di antara mereka.

Teman dekat adalah orang yang bisa menghargai waktu kita, mengerti keadaan. Dan bahkan dalam kondisi apapun namun teman dekat juga memiliki potensi besar untuk menghancurkan disaat dia benar benar di kecewakan.

"Len, gue gak mau tau lo harus pantau mereka, jalan satu satunya hanya lo yang bisa gue andelin. Raya gak salah tapi mengapa mereka selalu mengganggu Raya, persetan dengan bokapnya, dia sama sekali gak mikir anaknya apa?!."

"Udah Thar, lo tenang dulu. Bokap gue udah biasa nanganin kasus kayak gini, sekarang lo nurut intruksi gue aja, papa bakal kasih tau taktik nya."

****

"10% gue pengen hancurin bokap lo 90% gue pengen hancurin hidup lo, karena dengan ini gak mungkin si tua itu gak nyesel atas perbuatanya, secara yaahh lo putri kesayangannya kan. well, tunggu apalagi—

"Stop!."

Kedua pemuda itu spontan menoleh ke arah suara yang tiba tiba datang dengan sendirinya. Regan yang mengetahui siapa gerangan tersebut tampak malas dengan segera menendang kayu di sebelah kirinya.

"Lo ngapain ke sini sih, bukanya Lo nggak peduli. Kalo lo nggak mau habisin dia, yaudah gue bisa atasin sendiri." Keluh Regan jengkel akan kedatangan seorang yang baru saja datang

Raya terus memberontak ingin melepas tali yang melingkar di tubuhnya, belum lagi wajahnya di tutup kain hitam hingga dia tidak bisa melihat apapun. Sungguh ini momen yang mengerikan sepanjang sejarah.

"Lepasin gue! Hiks..."

"Gue dapat berita baru, tempat kita mau di lacak. Kalian prepare aja, jangan hancurin dia dulu. Kita gunakan dia sebagai pancingan."

Regan dan Sena nampak berpikir sebentar. Di balik itu Raya menerka nerka apakah itu suara Elen?. Jika iya mengapa dia begitu tega, dia sudah berteman lama sudah saling mengetahui sisi baik maupun buruk masing masing. Tapi kenapa, kenapa dia seperti ini. Apa yang salah darinya? Raya kecewa benar benar kecewa.

"ELEN!! Plis lepasin gue Elen, gue salah apa sama lo? Kita udah temenan lama, kenapa Lo kayak gini, kenapa Lo tega... Hiks"

****

"Bos, lapor mobil yang akan jemput non Raya tiba tiba ban bocor. Sepertinya ada seseorang yang sengaja menaruh paku di daerah yang mereka lewati."

Ayah Raya tampak lebih murka, rahangnya mengeras juga satu tanganya reflek membanting vas bunga yang ada di mejanya itu, seorang ajudan pun sampai terkaget dan hanya menunduk patuh.

"Selidiki!!, lacak keberadaanya. Sewa detektif atau apapun itu. Saya tidak mau putri semata wayang saya menjadi korban. CEPAT!!"

Dengan segera, ajudan itu melesat pergi meninggalkan ruangan. Di balik itu sang bos mengusak wajahnya kasar, dunianya sudah mulai hancur.

Raya&Athar (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang