Acara pernikahan akan di laksanakan pada malam hari, gedung yang menjulang tinggi sudah di hias sedemikian rupa bak istana kerajaan. Darma telah rapi menggunakan tuxedo berwarna putih begitu pula calon istrinya yang juga kian menawan mengunakan gaun berwarna putih juga perhiasan yang tidak bisa di bilang murah. "Kamu sudah siap?
Wanita itu mengangguk.
Sebenarnya Regan dan Risa cukup merasa malu setelah tamparan yang di ucapakan Raya beberapa hari lalu. Namun, mereka sudah tidak bisa mengelak lagi atas pernikahan orang tuanya. Bertemu sang ibu itu sudah lebih dari cukup membuat mereka bahagia. tapi, masihkah pantas ia mendatangi pernikahan itu setelah apa yang pernah ia perbuat pada Raya.
Risa sudah berada tepat di depan gedung megah milik calon ayahnya tapi, gadis itu masih enggan untuk masuk ke dalam. Banyak ke khawatiran yang meghantui dirinya sejak semalam. Bagaimana jika semua kenyataan terungkap, dia tidak ingin kehilangan Regan mengetahui Raya adalah saudara seayahnya. Ternyata Risa memang terlalu jahat selama ini. Mementingkan egonya hingga tanpa sadar merusak keharmonisan keluarga orang lain. Sekarang dia bisa apa? Jawabanya hanya pasrah, mau bagaimanapun ini sudah takdirnya masalah Regan akan sangat mungkin membencinya itu sudah konsekuensi.
"Ayo masuk."
"Lo aja deh gan, keknya gue lagi gak enak badan."
"Bunda ada di sana. Emang Lo nggak kangen?. Udahlah Ris kita terima aja gimana Tuhan mengatur"
****
Rudi bergegas menyerobot masuk ke dalam rumah Athar di ikuti Raya. Rumah kediaman tampak begitu ramai terpampang bendera kuning di depan pagar rumah yang orang pasti tau keadaan di dalam sana.
Plaaakk..!
Mereka menyaksikan sendiri bagaimana tangan kekar itu mendarat pada rahang Athar, yang kini ia saksikan malah kemarahan laki laki itu "Gak becus kamu! Berapa kali ayah bilang jangan pernah jadi berandalan!! Liat EYANGMU UDAH GAK ADA!. PUAS KAMU HAH?!" Laki laki itu marah besar dengan air muka yang keruh hampir saja ia akan menampar Athar lagi jika Rudi tidak segera mencekal lengan kekar itu. "Om sabar om.."
"GAK GUNA KAMU ANAK NAKAL!!."
Rudi terus melerai menangkap tubuh laki laki yang berprofesi tentara itu agar tidak gegabah kepada anaknya. Sementara Athar tak bereaksi apapun yang dia lakukan hanya diam menatap ayahnya tanpa ekspresi seolah menerima apapun yang ayahnya lakukan. Raya takut, dia tidak suka perkelahian. Sembari meremat rok Raya perlahan mendekat ke arah Athar "Athar..."
Pemuda itu tetap pada posisinya tidak menoleh sedikitpun masih dengan tatapan yang entah apa artinya membuat Raya semakin tak tega. Beberapa detik kemudian Raya langsung berhambur memeluk pemuda itu, mengelus punggungnya dengan lembut sembari memberikan kata kata penenang. "Yang sabar ya... Kamu pasti kuat. Maaf—
Belum selesai Raya berbicara namun pemuda itu malah buru buru melepas pelukan. Raya tercengang menatap bola mata Athar dengan perasaan tanda tanya? Apakah Athar sudah se enggan ini.
"Semua gara gara lo!."
Raya mendadak bingung juga sedih melihat kondisi Athar yang berantakan "Aku—
"Pergi."
"Athar.." Panggil Raya seperti nada permohonan agar dirinya tidak di usir sementara Athar memejamkan mata di barengi setetes air mata yang jatuh. "Gara gara lo Ray.. gara gara lo eyang gue gaada. Lo kemana aja? Gue titip salam ke Rudi kenapa Lo gak dateng?."
"Thar.. Aku—
"Gausah ngomong. Percuma gak ada gunanya lagi!" Timpal Athar membersihkan air matanya dengan cepat "Mendingan Lo pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya&Athar (Selesai)
JugendliteraturCerita ini di tulis menggunakan hp kentang jadi maafkan kalo berantakan. :)) [END] Proses revisi _________________ Ini bukan tentang kisah broken home yang di picu oleh kdrt atau kerusakan ekonomi. Cerita yang seakan di kendalikan oleh ayahnya keti...