"Potong bebek angsa masak di kuali nona minta joget. Goyang mama muda serong ke kiri Ashoyy serong ke kanan Geboyy lalalalalalalalalalala"
Elen terbahak bahak tiada henti, dia tidak tau Rudi akan sereceh ini "Udah cukup." Sela Elen masih cekikikan melihat tingkah Rudi yang tiada tara.
Bocah itu sudah greget perihal Elen memintanya untuk bernyanyi padahal sudah jelas dia tidak bisa bernyanyi jadi ya asal aja dia nyeletuk lagu apapun yang di hafalnya waktu SD. "Ayo dong nyanyi bareng." Pinta Rudi yang langsung menarik lengan Elen, Elen bersikeras untuk menolak tapi pemuda itu tetap saja memaksanya. Dasar bocah gila.
"Ishhhh, malu woilah."
"Gaada yang liat juga. Lagian lo biasanya juga malu maluin."
Spontan Elen menggeplak kepala Rudi dengan satu pukulan membuat cowok itu seketika mengaduh. "Busset! lo serem jadi cewek"
"Sukurin."
"Len. Lo mau gak jadi pacar gue?."
"Ha?."
****
Kalo berharap gak usah neko neko. Berharap sih boleh tapi inget ya semua hal ada batasan juga kan?
Raya memejamkan matanya, mulai merasakan deru nafas Athar merasuki dalam desiran jantungnya. Sedekat ini, dia benar benar dekat sedekat ini.
Plakkk...
"Mesum ya lo?!." Seketika Raya melotot setelah menampar pipi Athar keras. Belum lagi suaranya yang bak speker masjid terdengar hingga sampai ke lapangan basket membuat beberapa siswa yang berada di sana memperhatikan.
Athar dan Raya jadi gugup sendiri menyaksikan banyak mata tertuju ke arahnya.
Sial.
Buru buru Raya beranjak, ingin enyah dari sana jangan di tanya bagaimana malunya dia saat ini.
Sementara Athar hanya meninggalkan senyum tipis sebelum beranjak mengikuti Raya dari sana.
****
Athar buru buru mengemasi buku bukunya setelah mendengar kabar bahwa eyangnya masuk ke Rumah sakit.
Pemuda itu berlari tidak peduli panggilan dari gurunya yang tengah menjelaskan. Jantungnya mencelos, seketika tubuhnya panas dingin hampir saja air matanya jatuh jika dia tidak dengan cepat berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Raya yang menyaksikan bingung sendiri. Ada apa dengan pemuda itu?
Jujur, diapun ikut khawatir.
Len, Athar ada apa?
Raya mengirimkan pesan untuk Elen karena memang dia tidak mempunyai nomor cowok tersebut, Elen yang membacanya langsung gercep mengirim pesan untuk Athar, bertanya mengapa di terlihat panik seperti tadi bahkan tidak sempat izin kepada guru yang sedang mengajar.
Selang beberapa detik kemudian Elen memberi tahu Raya bahwa pesanya belum di balas, di read pun tidak. Raya yang membaca pesan dari Elen seketika berdecak khawatir. Sampai dia tidak fokus mendengar penjelasan dari guru berkaca mata tersebut.
Setelah pelajaran tuntas Raya langsung mengenakan tas nya di punggung. Mungkin hari ini dia akan absen ekstra karena ada hal yang membuatnya harus segera kesana.
Elen yang melihat itu seketika meraih lengan Raya menghentikan langkah gadis itu hingga berhasil membuatnya menoleh.
"Bukanya ada ekstra?."
"Len, entah kenapa firasat gue gaenak perihal Athar tadi."
"Emang Lo mau kemana?."
"Rumah eyangnya Athar." Perlahan Raya melapas cekalan Elen hendak pergi karena mungkin dia tidak ada waktu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya&Athar (Selesai)
Teen FictionCerita ini di tulis menggunakan hp kentang jadi maafkan kalo berantakan. :)) [END] Proses revisi _________________ Ini bukan tentang kisah broken home yang di picu oleh kdrt atau kerusakan ekonomi. Cerita yang seakan di kendalikan oleh ayahnya keti...