TUJUHBELAS

36 4 1
                                    

Jika bukti sudah menyatakan..!

Gue bakal ngaku kalau gue emang salah.

Gue sama sekali nggak ngarep buat tau perihal keluarga lo.

Gue sembunyi'in karna gue juga sama kayak lo.

Sama sama nggak ingin kehilangan
Sama sama ingin bahagiain mereka

Jika bukan karena amanah, gue ga bakalan kayak gini.

*****

Elen mencari cari keberadaan Risa yang katanya akan bertemu di gedung olahraga jam 7 pagi.

Sudah 10 menit Elen menunggu, tapi Risa tak kunjung datang menemui kehadiranya.

"Hai len"

Alis Elen bertaut seperti merasa tak suka akan sapaan itu. setelah mengetahui figur yang menyapanya dia memilih untuk diam.

"Gue boleh duduk situ "

Dan lagi, Elen tak menggubris.

" Lagi nungguin seseorang ya, Ohya gue ada pelatihan dance tambahan nih, lo mau ikut nggak? "

Elen masih diam pandanganya melayang kemana mana. Jujur saja dia sudah muak dengan pembahasan yang itu itu lagi.

" Lo nggak usah kaku gitu care aja, gue tau lo sebenarnya nggak masalahkan gue tawarin batlle kemarin? "

Kali ini Elen menggalihkan pandanganya. Kedua atensi itu kini melirik gerangan yang sudah duduk anteng di sebelahnya. Mau apalagi dia?, Pikir Elen.

" Lo bisa diem nggak, gue lagi nggak butuh mulut combrang lo"

Saut Elen sinis namun sepertinya itu tak ada masalah bagi Kici, Elen memang seperti itu jika sedang di ganggu, sekali enggak ya enggak. Entahlah gerangan apa yang merasuki tubuh Kici hingga berani mendekat seniat ini.

"Kak Alea bakal dateng juga, lo nggak lupa kan sama dia? "

Sebetulnya Elen sangat ingin bertemu dengan Alea, mengingat Alea adalah senior favorite Elen yang tak pernah ia lupakan, menurutnya Alea adalah senior yang terlalu spesial bagi personiel kecengan kayak Kici, sungguh tidak cocok, Tapi siapa dia? Klub pun sudah bukan.

"Udah deh Kil gue nggak bakal ikut cheers lagi, lagian kemampuan gue udah nggak kayak dulu, stop paksa gue! Kalo lo nggak mau gue lepas kendali seperti yang pernah lo lakuin sama Raya waktu itu, bahkan bisa jadi gue lebih brutal kalo lo kelewatan."

Elen ingin beranjak namun Kici menahan pergelangan tangan Elen.

"Apa gara gara Raya? "

Elen diam, bukan tanpa alasan tentu ia tak mau jika Kici ikut campur ke dalam masalah pribadinya.

Itu sudah tidak sopan bagi Elen.

Dengan hati yang masih beku, Elen perlahan melepas cekalan itu dari tangan Kici. Ingin sekali dia marah tapi rasanya percuma.

" Elen! "

Raya&Athar (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang