Bagian 66

352 22 10
                                    

Pintu dan dinding putih ruang ICU kini menjadi pembatas antara dirinya dan gadisnya yang sedang berjuang didalam sana.

Entah berapa banyak dokter yang datang bergantian, entah sudah berapa kali perawat yang sama berlari kesana kemari, ia tidak tahu. Tapi disaat semua berusaha menyelamatkan gadisnya kenapa ia tidak bisa berbuat apapun?

Rangga dan Farhan bergeming. Tidak ada satupun yang berani membuka suara. Apa yang terjadi masih sulit untuk mereka cerna.

Tanpa perlu telepati atau apapun itu. Isi pikiran keduanya sama. Mereka menyayangkan keputusan dan tindakan bodoh yang sahabatnya itu ambil akhir-akhir ini.

Bahkan tidak ada satupun dari mereka yang mengerti kenapa Arka bisa melakukan hal seperti itu pada gadis yang sudah sangat jelas ia cintai.

Entah sebesar apa rasa penyesalannya. Tapi melihat sehancur apa keadaan Arka sekarang, hatinya pasti lebih hancur dari itu.

Seorang pria berjalan tegap dengan tatapan tajamnya menjadi pusat perhatian Rangga dan Farhan. Arka? Tentu saja tidak menyadarinya, yang laki-laki itu lakukan hanya menatap ubin yang ia pijak dengan air mata yang jatuh tanpa bisa ia hentikan.

Bugh..

Tubuhnya jatuh begitu saja setelah sebuah pukulan tiba-tiba mendarat dipipinya.

"APA MAKSUD SEMUA INI ARKA GANENDRA KASTARA?!!"

Bugh..

"KATAKAN SAYA SALAH MENDIDIK KAMU DIBAGIAN MANA ARKA?!!!"

Bugh..

"SAYA TIDAK PERNAH MENGAJARI KAMU MEMPERLAKUKAN WANITA SEPERTI ITU!!"

"DIMANA PIKIRAN KAMU? DIMANA HATI KAMU ARKA?!"

"Om, udah om,"

Rangga dan Farhan kelimpungan menahan Fano yang terus memukuli Arka tanpa perlawanan. Sungguh, mereka baru kali ini melihat Fano seperti ini, dan itu benar-benar menakutkan.

"Om kasian Ark-"

"KASIHAN? UNTUK APA? DIA BAHKAN HAMPIR MEMBUNUH TANPA RASA KASIHAN!"

"Tapi Om-"

"Jangan buat keributan disini!!"

Dua orang petugas keamanan datang diantara kerumunan. Jangan tanyakan lagi bagaimana bisa terjadi kerumunan. Apa yang barusaja terjadi bisa semudah itu mengundang orang-orang berdatangan.

"Harap tenang pak, ini rumah sakit. Jika tidak bisa, bapak sebaiknya tinggalkan rumah sakit ini."

Fano mengatur napasnya sebisa mungkin. Amarahnya benar-benar sudah berada dipuncak. Tapi petugas keamanan itu benar, ia tidak seharusnya membuat keributan seperti ini.

Sekali lagi ia menatap putranya yang terbaring lemah dengan bekas pukulannya. Terbesit rasa bersalah dihatinya, tapi itu belum cukup untuk mereda rasa kecewanya pada putranya itu.

Darimana ia bisa tahu semua ini?

Fano sendiri tidak tahu siapa pelakunya. Tapi yang jelas orang itu mengirimkan video dokumenter yang benar-benar menunjukkan tingkah buruk putranya. Bukan, bukan hanya buruk tapi fatal.

Ditambah dengan pihak sekolah yang menghubunginya tentang kejadian ini. Bagaimana bisa ia menahan amarahnya lagi? Beruntung ia memasang GPS dimobil Arka tanpa sepengetahuannya, dengan itu ia mudah menemukan keberadaan putranya.

"Jangan harap saya akan membantu kamu, apapun yang terjadi selesaikan semuanya sendiri."

Rangga dan Farhan masih membeku ditempatnya masing-masing menatap kepergian Fano. Sungguh, apa yang terjadi barusaja benar-benar menyeramkan. Ditambah kalimat terakhirnya, itu sukses membuat keduanya bergidik ngeri.

ArkaeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang