Bagian 46

229 23 4
                                    

Aeera tersenyum sembari menatap kotak makan ditangannya. Secara tidak langsung kemarin Thalia sudah mengibarkan bendera perang padanya. Maka dari itu, mulai sekarang ia harus melakukan yang terbaik pada Arka agar memilih bertahan bersamanya, bukan kembali pada Thalia.

Arka pasti akan suka dengan bekal yang ia bawa sekarang. Kotak makan yang Aeera bawa berisi makanan fovorit Arka yang ia masak sendiri dengan sepenuh hati. Tidak sepenuhnya sendiri juga, Bi Asih ikut membantu hanya saja sebagian besar pembuatannya dikerjakan oleh Aeera.

Senyumnya semakin mengembang saat menemukan seseorang yang sedang ia cari. "Kak Farhan!" Aeera berlari kecil ke arah Farhan yang baru saja turun dari motornya.

"Eh Ra, ada apa?"

"Mau minta tolong boleh?" tanya Aeera dengan senyumnya.

"Boleh, apa?"

"Titip ini buat Kak Arka." Aeera memberikan kotak makan ditangannya pada Farhan.

"Kenapa gak lo kasih langsung aja?"

"Ini kan lagi disekolah, nanti banyak yang liat kan bahaya."

Farhan mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Kemudian keduanya menoleh ke arah yang sama. Disana ada Arka yang baru datang dengan motor kesayangnya. Dan Arka memarkirkan motornya disamping motor Farhan. Membuat senyum Aeera semakin mengembang. Pagi-pagi ia sudah bertemu Arka. Rezeki yang sangat baik.

"Lagi apa?" tanya Arka entah pada Farhan atau Aeera.

"Dari Aeera." Farhan memberikan kotak makan yang tadi Aeera berikan kepada Arka sembari tersenyum jahil pada Aeera.

"Ish kasihinnya nanti kan bisa!" Protes Aeera. Jika begitu lebih baik ia saja yang memberikannya langsung pada Arka kan?

Arka menggelengkan kepalanya sembari terkekeh. Ada-ada saja tingkah sahabatnya ini. Tapi ia senang, pagi-pagi Aeera sudah membuat moodnya baik dengan ekspresi kesal Aeera yang menggemaskan. Hanya begitu saja wajahnya sudah memerah.

"Makasih Aeera." Kata Arka dengan nada yang menggoda Aeera.

"Ish nyebelin!" Aeera mengerucutkan bibirnya kesal. Farhan dan Arka sama saja menyebalkannya.

"Gue ke kelas dulu." Bisik Arka ditelinga Aeera lalu mengacak puncak kepalanya sebentar dan pergi melanjutkan langkahnya.

Aeera memegang dadanya. Detak jantungnya terasa lebih cepat. Pipinya terasa memanas. Sudut bibirnya juga terangkat tanpa disadari. Hal sederhana yang Arka lakukan selalu berefek besar padanya. Menyebalkan!

***

Langkah Arka dan Farhan terhenti bersamaan saat melihat seorang gadis yang sudah dipastikan sedang menunggu Arka didepan kelas mereka. "Gue masuk duluan." Farhan menepuk bahu Arka dan masuk ke kelas.

"Good morning baby," kata Thalia dengan senyum manisnya.

Sementara Arka menatapnya heran. Terakhir mereka berbicara adalah kemarin lusa. Saat itu Thalia begitu marah kepadanya. Dan sekarang gadis itu menyapanya lebih dulu dengan senyum manisnya. Benar-benar membingungkan.

"Kok malah ngelamun sih?" Tanya Thalia karena Arka masih diam.

"Udah gak marah?" tanya Arka.

"Engga dong!" Kata Thalia dengan senyum yang kembali mengembang.

"Jadi gimana?" tanya Arka ragu.

"Gimana apanya?"

"Keputusan kamu."

Thalia tersenyum kemudian menatap Arka lekat. "Aku pulang kesini buat perbaikin kesalahan aku sama kamu, dan masih tetap begitu."

"Tapi Aee-"

ArkaeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang