Bagian 2

436 40 5
                                    

Arka memarkirkan motornya digarasi sebuah rumah yang bisa dibilang cukup mewah, ralat rumahnya memang mewah. Pilar-pilar menghiasi teras depan rumah. Halaman yang luas dengan berbagai macam tanaman membuat udara disekitarnya benar-benar sejuk.

"Eh anak mama udah pulang." Risa -mama Arka- menyambut kepulangan Arka dengan senyum hangatnya.

"Tumben jam segini?" Tanya Risa saat Arka menyalimi tangannya.

"Guru nya rapat ma, jadi dibubarin."

"Oh yaudah sana makan dulu, mama udah masakin makanan kesukaan kamu." Arka hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dan pergi menuju kamarnya.

Arka merebahkan tubuhnya dikasur dan memejamkan matanya. Seketika itu pula senyuman seorang gadis terbayang olehnya. Senyum yang baru seminggu ini ia sering temui. Senyum seorang gadis yang bahkan belum pernah ia ajak bicara.

Tangannya meraih sebuah ponsel disaku celananya. Baru terlintas dipikirannya untuk mencari sosial media gadis yang akhir-akhir ini sering melintas dipikirannya. Mengetik kata 'Ara' dalan kolom pencarian, menekan beberapa akun yang mungkin gadis itu pemiliknya, namun nihil, tidak ada satupun yang ia yakini gadis itu pemiliknya.

Arka menggelengkan kepalanya berusaha menepis isi pikirannya sekarang. Jemarinya tetap berada diatas layar ponselnya. Beralih pada galeri foto yang sudah jarang ia lihat. Sebisa mungkin ia ingin menghapus semua kenangan yang tersisa, namun ia tidak pernah bisa melakukannya. Hatinya masih milik seorang gadis yang tengah tersenyum disampingnya dalam sebuah foto pada ponselnya.

"Gue gak mungkin jatuh cinta lagi kan? Hati gue cuma buat lo kan? Lo pasti balik lagi kan?" Setitik cairan bening kembali menetes dari matanya, entahlah ia menjadi cengeng jika berhubungan dengan gadis yang teramat ia cintai itu.

"Cepet pulang, gue rindu."

***

Every night you cry yourself to sleep 
Thinking: "Why does this happen to me? 
Why does every moment have to be so hard?" 
Hard to believe that
It's not over tonight 
Just give me one more chance to make it right 
I may not make it through the night 
I won't go home without you

Lagu yang berasal dari headset yang sedang ia gunakan mengalun ditelinganya. Mendengarkan lagu diperpustakaan dengan sebuah buku sebagai alibi bahwa ia sedang membaca merupakan hal terbaik untuk dilakukan saat ia ingin sendiri. Rindu itu kembali menyeruak dalam hatinya. Rindu pada seseorang yang tidak tahu kapan ia akan kembali, adalah rindu yang benar-benar menyiksa.

Aeera melangkahkan kakinya kembali ke perpustakaan. Setelah kemarin gagal karena penjaga perpustakaan sedang ikut rapat, otomatis perpustakaan ditutup dan akhirnya Aeera hanya pergi ke kantin mentraktir Gwen. Dan sekarang Aeera harus pergi ke perpustakaan sendiri karena Gwen sedang mendapatkan tamu bulanannya dan tidak ingin kemana-mana karena mulas yang menguasai perutnya.

Meminta Rimba untuk mengantar dirinya juga adalah sebuah ketidakmungkinan, Rimba paling anti dengan yang namanya perpustakaan. Kecuali terpaksa untuk membawa buku paket atau mencari wifi, baru Rimba akan mau menginjakkan kakinya diperpustakaan. Aeera juga bukan tipe orang yang mudah bergaul, sehingga ia hanya berinteraksi dengan Gwen dan Rimba. Juga dengan teman sekelasnya, itu juga jika mereka menyapa Aeera duluan, jika tidak ya tidak akan.

Setelah mendapat kartu perpustakaan baru dari penjaga perpustakaan, Aeera mulai mengelilingi setiap sudut yang ada diperpustakaan, membaca setiap judul buku yang menarik perhatiannya. Sebuah buku pada rak paling atas menjadi pilihannya. Kakinya berjinjit berusaha menggapai buku yang ia inginkan. Namun percuma, tubuhnya terlalu pendek untuk mencapai buku yang ia inginkan.

ArkaeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang