Arka melangkahkan kakinya ke taman belakang seperti biasanya. Setelah selesai melaksanakan kewajibannya Arka akan berolah raga untuk menjaga kesehatan dan bentuk tubuhnya. Langkahnya terhenti didepan kamar orang tuanya, terdengar ada perbincangan didalam sana karena pintu yang sedikit terbuka.
"Tapi Arka harus tahu siapa ibu kandung dia yang sebenernya." Suara berat itu terdengar ditelinga Arka. Apa maksudnya?
"Jangan sekarang mas, aku takut Arka gak bisa nerima kenyataan, aku takut Arka benci aku. Aku gak mau dibenci sama Arka, aku sayang Arka mas." Suara itu diiringi dengan isakan.
"Kita bisa bicarain baik-baik sama Ar-,"
"Maksudnya apa?!" Arka membuka pintu dan menampakkan wajahnya. Apa yang ia dengar barusaja membuatnya sudah tidak sanggup lagi menahan emosinya.
Fano yang sedang memeluk Risa meredakan tangisnya terperanjat. Begitu juga Risa, rasa takutnya semakin membesar sekarang. "Arka selamat ulang tahun sayang." Risa berdiri menghapus air matanya dan hendak memeluk Arka.
Arka segera menjauhkan dirinya. Matanya sudah memanas sekarang, "Apa maksudnya?!" tanya Arka sekali lagi.
"Kamu bicara apa sih sayang?" tanya Risa lembut padahal dirinya ingin menangis sekarang.
"Arka denger semuanya, mama bukan ibu kandung Arka? Itu bener? Siapa ibu kandung Arka?! Kenapa kalian sembunyiin ini dari Arka?!!" Suara Arka meninggi, dadanya naik turun menahan emosi. Air mata sudah tidak tertahan lagi olehnya. Begitu juga Risa, air matanya sekarang kembali tumpah lebih deras dari sebelumnya. Ketakutannya terjadi.
"Sayang," lirih Risa sembari ingin menarik Arka kedalam pelukannya. Namun Arka menepisnya.
"Yang sopan kamu Arka!" Suara Fano kini menggema diruangan. Perlakuan Arka terhadap Risa barusan sudah keterlaluan.
"SIAPA IBU KANDUNG ARKA? DIMANA IBU ARKA?!" Kata Arka penuh penekanan suara Arka tak kalah tinggi dari Fano. Sorot mata kecewa Arka sangat terlihat.
"KAMU SAYA AJARKAN SOPAN SANTUN ARKA! APAKAH INI CARA KAMU BERBICARA DENGAN ORANG TUA?!" Fano kembali membentak. Ia tahu Arka pasti kecewa sekarang, tapi seharusnya Arka bisa mengontrol emosinya diusianya sekarang.
"Mas!" tegur Risa. Tindakan Fano yang membentak anaknya sangat Risa benci.
"Saya salah mendidik dia!" Fano menatap Arka tajam.
Arka menggelengkan kepalanya, dan meninggakan ruangan kembali ke kamarnya menguncinya rapat-rapat. Kekecewaannya sudah terlalu besar sekarang. Risa mengejar Arka, mengetuk pintu kamarnya beberapa kali. Berharap Arka akan membukakan pintu untuknya dan mau mendengarkan penjelasannya.
"Arka anak mama buka pintunya sayang. Denger dulu penjelasan mama sayang," Risa menangis di depan kamar Arka. Sementara Azkya yang tadi ikut terbangun karena suara gaduh kini tengah memeluk Risa. Azkya tidak tahu apa yang terjadi namun ia tidak bisa membiarkan ibunya menangis seperti sekarang.
Arka terduduk lemas dikamarnya. Dihari ulang tahunnya yang menerut semua orang spesial harus menjadi hari terburuknya. Arka sulit menerima kenyataan yang baru saja ia ketahui. Semuanya terlalu mendadak, dan kenapa mereka menutupi semuanya dari Arka?
"Arka butuh waktu, biarkan dia sendiri." Fano membawa istri dan putrinya menjauhi kamar Arka.
***
Arka benar-benar tidak habis pikir dengan Aeera. Entah apa yang ada dipikiran gadis itu, tindakan yang ia ambil seolah tidak pernah memikirkan resiko apa yang akan terjadi. Terlalu gegabah. Seharusnya Aeera membuat perasaannya lebih baik disaat seperti ini, bukan justru memperburuknya. Aeera tidak seperti Thalia dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkaeera
Teen FictionArka si lelaki tampan namun dingin yang terjebak masa lalunya. Dan Aeera gadis cantik yang berusaha menempati ruang dihati Arka. Apakah dengan 3 kartu permintaan bisa membuat Arka terlepas dari belengggu masa lalunya? *** Cerita ini hanya fiktif bel...