Bagian 25

238 25 7
                                    

Aeera sedang berada disebuah pusat perbelanjaan sekarang ditemani Bi Asih dan juga Boo yang disimpan ditempat duduk anak ditrolley. Setelah Aeera memberitahu Bi Asih bahwa besok Arka akan berulang tahun, Bi Asih sangat antusias untuk membantu Aeera membuat kue spesial untuk Arka. Maka dari itu mereka disini, selain untuk membeli bahan kue juga untuk membeli persediaan makanan dirumah yang sudah menipis.

"Bi masih ada yang kurang gak?" Tanya Aeera tidak ingin melupakan satu barang pun agar rencananya berjalan tanpa hambatan.

Bi Asih mengecek barang-barang yang ada ditrolley dan menggeleng, "Udah semua neng." Kata Bi Asih sembari mengacungkan jempolnya.

Aeera tersenyum senang, tinggal hitungan beberapa jam lagi rencananya akan terwujud. Aeera sangat tidak sabar. "Aeera?" Seseorang yang sedang membawa keranjang berisikan buah dan beberapa sayuran menghampiri Aeera.

"Eh dokter, tumben disini?" tanya Aeera pada Leo. Ini adalah momen langka, karena sangat sulit untuk berpapasan dengan Leo diluar rumah sakit. Rumah sakit sudah seperti rumah kedua atau mungkin rumah utama untuk Leo dan Aeera lebih sering bertemu dengannya disana.

"Lagi libur," lanjutnya lalu beralih menatap Bi Asih dan Boo yang berada ditrolley. "Eh ada bibi jadi lupa ke sapa," kata Leo sembari terkekeh.

"Ah nggak apa-apa pak dokter," Bi Asih juga ikut terkekeh.

"Jangan panggil bapak Bi, jadi ngerasa lebih tua saya." Protes Leo. Membuat Aeera dan Bi Asih tertawa kecuali Boo yang sudah ingin mencakar Leo. Untung namanya Leo, masih nama dari spesies saudara Boo, jadi Boo masih diam.

"Belanjanya banyak banget, gak ada benda terlarang kan?" Maksud benda terlarang adalah makanan yang tidak boleh Aeera konsumsi.

Aeera menggeleng, "Engga dong, kalo ada nanti dokter ngomel lagi."

"Bagus." Leo mengangguk-anggukan kepalanya.

"Mau bayar sekarang?" lanjutnya.

Aeera mengangguk. "Yasudah ayo, saya juga sudah selesai."

Aeera hanya menurut saja mengikuti apa kata Leo. Bi Asih mendorong trolley menuju ke kasir sementara Aeera menggendong Boo. "Pulangnya pake apa?" Tanya Leo saat dirinya dan Aeera sudah selesai membayar belanjaan.

"Taksi mungkin, apa aja yang ada." Jawab Aeera sembari menahan tubuh Boo yang tidak mau diam.

"Yasudah sama saya."

Mata Aeera berbinar, suatu keberuntungan bukan? Selain cepat hemat juga. "Nggak apa-apa?"

Leo mengangguk kemudian membawa Aeera dan Bi Asih ke parkiran, memasukkan belanjaan ke dalam bagasi, lalu mengantar Aeera pulang. Leo sudah tahu dimana rumah Aeera, karena beberapa kali ia mengantar Aeera pulang dari rumah sakit dan ia yang datang ke rumah Aeera saat keadaan darurat.

"Makasih," ucap Aeera saat Leo menurunkan belanjaannya diteras rumah. Kehadiran Leo memperlancar rencananya.

"Iya, saya duluan kalo begitu. Jaga kesehatannya." Leo mengusap puncak kepala Aeera. "Mari Bi," pamitnya pada Bi Asih. Kemudian mobil itu meninggalkan halaman rumah Aeera.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 23:15. Sangat jarang pada jam segini Aeera masih membuka matanya. Aeera sedang menghias kue yang tadi ia buat dengan Bi Asih. Sementara Bi Asih sudah tertidur di samping Aeera dengan posisi duduk dikarpet dan kepala bersandar ke kursi.

Aeera ingin membangunkan Bi Asih untuk pindah ke kamar. Namun ia yakin saat Bi Asih bangun Bi Asih tidak akan mau pindah ke kamar untuk tidur, apalagi kue yang mereka buat belum selesai. Maka ia memilih diam dan menghias kuenya sendiri.

ArkaeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang