Arka tertidur setelah menceritakan semuanya pada Aeera. Ia kembali membuka matanya dan tidak menemukan Aeera ditempatnya tadi. Ia bangkit dari tidurnya keadaannya sekarang sudah jauh lebih baik. Ia melangkahkan kakinya dan melihat dua orang wanita sedang menyiapkan makanan dimeja makan.
"Eh udah bangun? Ara baru mau bawain makanan." Aeera menoleh pada Arka yang baru saja turun dari tangga.
"Sini duduk makan dulu." Lanjutnya.
"Mari den makan dulu," ajak Bi Asih juga. Arka hanya mengangguk meskipun ia tidak terlalu lapar tapi ia tidak enak jika harus menolak.
"Udah enakan? Ada yang sakit gak?" tanya Aeera saat mereka sedang makan.
Arka tersenyum, entahlah kenapa disaat seperti ini ia masih bisa senyum. Tapi ia senang saat masih ada seseroang yang khawatir padanya sekarang. "Gue udah nggak apa-apa, bawell." Arka menjawil hidung Aeera pelan karena gemas. Sementara Aeera merasakan pipinya memanas, ia senang Arka bisa berlaku seperti itu padanya.
"Kalo Ara ajak ke suatu tempat bisa dong?" tanya Aeera sembari menatap Arka. Arka diam sejenak kemudian mengangguk. Arka tidak tahu mereka akan kemana, ia juga tidak tahu kenapa ia mengiyakan, tapi hatinya berkata seperti itu.
"Ok deh, abis ini Kak Arka mandi, belom mandi kan ya? Bau gini." Aeera mengibas-ibaskan tangannya didepan hidung seolah mencium bau badan Arka.
Arka terkekeh melihatnya, "Gue gak bawa baju ganti, ini juga baju siapa?"
"Ara udah beli, tadi ara simpen diatas nakas gak liat ya?"
"Padahal gak usah sampe segitunya."
***
"Kita mau kemana?" tanya Arka saat taksi yang mereka tumpangi tak kunjung sampai ke tempat tujuan.
"Nanti juga tau."
Mereka menggunakan taksi karena motor Arka yang masih di pemakaman dan Aeera yang memang tidak memiliki kendaraan. Sebenarnya Arka meminta untuk membawa motornya terlebih dahulu tapi Aeera menolaknya dengan alasan jalur yang berbeda.
Keduanya sudah sampai di tempat yang Aeera ingin tunjukkan. "Kita ngapain ke sini?" tanya Arka pada Aeera.
Arka bingung kenapa Aeera mengajaknya ke panti asuhan? Untuk apa? Lagi pula panti asuhan ini tidak asing. Iya ini adalah panti asuhan yang sering keluarganya kunjungi. Karena keluarganya adalah salah satu donatur panti asuhan ini. Hanya saja Arka tidak pernah ingin ikut campur.
"Kita main sama anak-anak, Ayo!" Aeera menarik tangan Arka untuk masuk ke dalam. Arka hanya diam saja mengikuti.
"Ummii," Aeera berlari dan memeluk wanita paruh baya yang sudah tersenyum menunggunya.
"Akhirnya kesini juga," Ayu menjawil hidung Aeera pelan.
"Eh iya ini Kak Arka mi," Aeera memperkenalkan Arka dan Arka menyalimi tangan Ayu.
"Kita pernah ketemu ya? Kok Ummi kaya inget-inget lupa gitu?" tanya Ayu pada Arka.
"Mungkin mirip tante," jawab Arka ramah.
"Ah yasudah mau minum apa?" Ummi tersenyum ramah.
"Nanti Ara aja yang bawa deh mi, kita mau main sama anak-anak."
Aeera dan Arka langsung pergi ke taman belakang tempat dimana anak-anak bermain dan tertawa ceria. "Kak Ara ayo main sini!" panggil seorang gadis kecil yang sedang memainkan bonekanya. "Sebentar ya!" kata Aeera pada Arka.
Arka duduk dan diam memperhatikan interaksi Aeera dengan beberapa anak yang ada disana. Begitu akrab seolah Aeera adalah bagian dari mereka. Sudut bibir Arka terangkat saat melihat Aeera dan anak-anak disekitarnya tertawa. "Abang ganteng gak boleh ngelamun," seorang anak bertubuh gempal mengalihkan atensi Arka. Siapa lagi kalau bukan Bimo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkaeera
Teen FictionArka si lelaki tampan namun dingin yang terjebak masa lalunya. Dan Aeera gadis cantik yang berusaha menempati ruang dihati Arka. Apakah dengan 3 kartu permintaan bisa membuat Arka terlepas dari belengggu masa lalunya? *** Cerita ini hanya fiktif bel...