Bagian 60

227 20 12
                                    

Cahaya terang mulai memasuki indra penglihatannya. Pandangan yang semula buram kini perlahan semakin jelas menunjukkan dimana ia sekarang. Hijau dan segarnya hutan kini berganti dengan ruangan putih berbau obat-obatan.

Ia tidak tahu kenapa ia bisa berada disini, siapa yang membawanya pun ia tidak tahu. Yang terakhir ia ingat adalah Arka yang pergi meninggalkannya dan setelah itu semuanya terasa menyakitkan. Ya semua, dan mungkin itu yang menjadi alasan kenapa ia berada disini.

Apa mungkin yang membawanya kesini adalah Arka? Apa mungkin Arka mengkhawatirkannya lalu ia kembali dan meminta maaf atas apa yang ia ucapkan? Lalu Arka menarik semua keputusannya, Arka mendengarkan penjelasannya, Arka menghapus air mata dipipinya, Arka me-

"Hai, udah bangun?"

Suara itu terdengar beberapa detik setelah pintu ruangannya terbuka. Seorang pria berwajah blasteran kini tersenyum padanya. Ah ya sekarang ia tahu siapa yang membawanya kesini, itu pasti Alger. Musnah sudah harapannya, Arka sudah benar-benar tidak peduli dengannya.

"Ara tadi pingsan ya?"

Alger mengangguk. "Ada yang sakit?"

Aeera menggeleng lemah. "Nope."

Sekarang ia harus berbohong lagi. Hati dan beberapa bagian tubuhnya kini terasa sakit. Tapi ia tidak boleh memperlihatkan sisi lemahnya. Ia kuat, ia pasti bisa melewati semua ini. Ia hanya perlu berbicara kepada Arka satu kali lagi. Ia harus berjuang satu kali lagi sampai Arka mau mendengarkannya, sampai Arka mau percaya padanya. Dan semua akan kembali seperti semula.

"Mau kemana lo harus istirahat." Alger menahan Aeera yang akan bangun dari tidurnya.

"Ara harus ke tempat camp lagi, Ara gak bisa disini."

"No, you need to stay here until you're better."

"Ara nggak apa-apa kak. Ara gak boleh disini, Ara harus jelasin yang sebenernya, Ara-"

"Iya iya, tapi gak sekarang okay? Seengganya sehari lo disini, bukan cuma hati lo yang perlu lo perhatiin, tapi badan lo juga, jangan egois Ra, kasian badan lo."

Aeera menundukkan kepalanya. Alger benar, ia juga harus memperhatikan kondisi tubuhnya sekarang. Jika ia memaksakan pun, jatuhnya bukan bertemu Arka, tapi menyusahkan orang lain lagi. Tubuhnya tidak akan sanggup. Tapi bagaimana dengan Arka? Bagaimana jika ia terlambat dan Arka tidak mau mendengarnya lagi?

"It's going to be okay. Trust me."

"Tapi-"

"Kalo kondisi lo udah lebih baik, gue yang bakal anter lo ketemu Arka. I promise."

Aeera mengangguk lemah. Tidak ada pilihan lain selain menyetujui apa yang Alger katakan. Ia harus menyiapkan kondisinya untuk berbicara dengan Arka nanti. Ia tidak mungkin terlambat, ia tahu Arka juga mencintainya, Arka hanya sedang emosi kemarin. Arka hanya tidak bisa mengontrol emosinya.

Iya Aeera yakin itu.

***

Sudah sejak siang tadi Aeera duduk diparkiran sekolahnya. Siang ini kegiatan camping selesai, dan semua akan kembali ke SMA Galaxy Andromeda sore ini. Sudah hampir dua jam Aeera menunggu sendiri disini. Hanya sesekali berbincang dengan Pak Dayat untuk menghilangkan rasa bosan dan gugupnya.

Setelah sedikit berdebat dengan Alger akhirnya laki-laki itu mau menepati janjinya. Bukan mau tepatnya, tapi terpaksa mau karena Aeera yang benar-benar keras kepala. Bahkan saat Alger menawari untuk menemaninya sampai Arka datang pun ia tidak mau.

Bukan apa-apa jika Arka tahu dirinya bersama Alger bukankan masalah akan semakin rumit? Arka tidak suka dirinya dekat dengan Alger bukan?

Ah ya Aeera tahu sangat tahu jika Arka sudah tidak berada diperkemahan lagi. Arka tentu saja pulang dan menemani Thalia. Tapi yang ia tahu dari Alger bahwa barang-barang Thalia dan Arka masih diperkemahan. Mereka tidak membawa barang mereka saat pergi. Dan barang-barang mereka akan diambil bersama rombongan yang pulang hari ini.

ArkaeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang