Prolog

1.6K 59 5
                                    

Seorang gadis tersenyum menatap tampilan dirinya dicermin. Seragam putih bersih tanpa atribut dengan rok kotak-kotak selutut sudah menempel pada tubuhnya. Tidak lupa aksesoris OSPEK pun ia kenakan. Aksesoris yang seharusnya membuat peserta OSPEK terlihat memalukan, tapi ternyata itu tidak berlaku pada gadis ini.

Meongg...

Seekor kucing berjalan melingkar-lingkar dikakinya. Hal yang selalu dilakukan ketika ingin digendong oleh pemiliknya. Kucing itu bernama Boo. Kucing British Shorthair yang sudah menemaninya sejak 2 tahun terakhir.

Gadis itu menggendong kucingnya dan pergi keluar kamar menuju ruang makan.

"Pagiii!" Sapanya menarik perhatian seorang wanita paruh baya yang sedang menyiapkan makanan dan seorang lelaki berpakaian seragam sama dengannya yang sedang berkutat dengan makannya.

"Pagi juga neng." Wanita paruh baya itu tersenyum manis kearahnya, sementara lelaki itu masih menatapnya tanpa bersura.

Lelaki itu masih terhanyut dalam pikirannya sendiri. Gadis itu bernama Aeera, gadis kecil sendu yang dia temui 10 tahun yang lalu kini sudah menjadi remaja berpakaian SMA. Ada perasaan lega setiap kali sebuah senyuman terukir pada wajahnya. Senyuman yang akan selalu ia perjuangkan agar tetap berada pada wajah manisnya.

"Baru sadar Ara cantik ya?, sampe gak ngedip gitu liatnya." Aeera melepaskan Boo yang langsung menghambur pada makanan kucing yang sudah disediakan.

"Lebih cantikan Boo, ya kan Boo?" Lelaki itu mengelus punggung Boo yang sedang makan dan dihadiahi cakaran dari Boo.

Aeera sontak tertawa "Boo kan cowok Rimba masa cantik!"

"Sial, gue lupa." Rimba meniup telapak tangannya yang terkena cakaran Boo.

"Dimakan neng," Bi Asih menyodorkan nasi goreng yang sudah ia buat. Nasi goreng yang sedang Rimba nikmati juga.

"Makasih bi."

"Berantem lagi sama tante Via?" Sudah dapat Aeera tebak jika sahabatnya sepagi ini sudah dirumahnya dan tentunya sedang mengisi perut sudah dipastikan Via -ibu Rimba- sedang marah padanya.

Rumah Aeera sudah biasa menjadi pelarian Rimba dari kemarahan ibunya. Dihadapan Aeera, Via tidak akan memarahinya, dan akan bersikap sangat manis. Wajar saja sedari dulu Via memang menginginkan anak perempuan, tapi rezekinya justru dua orang anak laki-laki. Rimba Nagendra dan adiknya Elang Najandra.

Rimba mengangguk, "Iya, gue ketauan main game sampe tengah malem, daripada dengerin ceramah yaudah gue kesini."

"Kebiasaan deh Rimba, udah tau sekarang kan hari pertama sekolah, tetep aja begadang, gimana kalo kesiangan coba, kan Ara juga yang kena." Aeera mengerucutkan bibirnya, seolah ikut merasakan kekesalan Via.

"Gausah dimaju-majuin bibirnya Ra, tambah jelek tau." Rimba menatap Aeera dengan senyum jahil.

"Ihh Ara lagi ngambek jangan diliatin kaya gitu!" Aeera mengalihkan pandangan kepada Boo yang masih sibuk dengan makanannya.

"Udah ah ayo berangkat, telat tambah maju deh bibir lo." Rimba terkekeh mengambil kunci motornya dan keluar rumah.

Setelah berpamitan pada Bi Asih. Aeera segera menyusul Rimba yang sudah siap diatas motor dihalaman rumahnya.

"Ara gamau pake helm Rimba." Aeera mengembalikan helm yang Rimba berikan padanya.

"Gausah macem-macem Ra, nanti kalo amit-amit kita jatoh terus kepala lo kepentok, terus muka lo tambah jelek gimana Ra?"

"Ihh Rimbaaaaa!!" Aeera mencubit pinggang Rimba seperti biasanya.

"Aww lepas gak?!" Rimba yang tidak terima juga memencet hidung Aeera hingga gadis itu melepaskan cubitannya.

ArkaeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang