Bagian 18

225 25 5
                                    

Arka mengendarai motornya menembus padatnya jalanan kota. Setelah bel sekolah berbunyi Arka langsung pergi ke tempat yang sudah lama tidak ia kunjungi. Seharusnya sekarang ia berkumpul dengan ketiga sahabatnya dirumah Farhan, tapi Arka lebih memilih untuk pergi ke tempat ini sekarang.

Arka memarkirkan motornya. Pandangannya tertuju pada danau kecil dihadapannya. Tempat yang sangat tenang, cocok untuk pikirannya sekarang. Ada sebuah rumah pohon yang tidak jauh dari danau. Dulu ia sering kesini, dengan seorang gadis yang begitu menyukai tempat ini. Tempat yang menjadi favorit mereka untuk menghabiskan waktu.

Kakinya menginjak beberapa papan yang dipasang untuk naik ke rumah pohon. Didalamnya banyak daun berserakan, entah berapa lama ia tidak pergi kesini. Arka masuk dan membuka sebuah box kayu. Box yang mungkin bisa menghapus segala rindunya.

Arka merogoh sakunya, mengambil dompet dan sebuah benda kecil didalamnya. Benda yang hanya ada dua, satu padanya dan satu lagi pada, ah sudahlah. Perlahan kunci kecil itu membuka gembok yang mengunci box agar tidak ada orang yang bisa membukanya kecuali mereka berdua. Arka menatap isinya, banyak sekali foto yang menampilkan wajahnya dan seorang gadis cantik, siapa lagi kalau bukan Thalia.

Matanya mengelilingi seluruh ruangan. Sudut bibirnya terangkat ketika mengingat kebersamaannya dulu dengan Thalia. Jika sekarang gadis itu sedang bersamanya pasti ia sedang merebus mie dan akan memakannya berdua. Bahagianya sederhana, ia hanya perlu gadis itu kembali ada disampingnya tidak perlu yang lain.

Drrtt...

Ponselnya bergetar menandakan ada sebuah panggilan. Arka mendengus kesal saat mengetahui siapa yang meneleponnya sekarang.
"Kenapa?"

"Eh anjir ditunggu juga malah nanya kenapa, bawa makanan disini pada kelaperan." Suara disebrang sana tampak kesal. Siapa lagi kalau bukan sahabatnya.

Tut.

Arka menutup panggilan itu dan kembali mengunci box dihadapannya. Cukup untuk hari ini, akhir pekan nanti ia bisa kembali dan menghabiskan waktunya disini.

***

Kucing gendut itu berlari ke arah Aeera. Hanya ditinggal sekolah saja sepertinya kucing itu sangat merindukan Aeera. Dengan cekatan Aeera mengangkat Boo yang semakin hari semakin berat. "Boo udah jadwalnya perawatan ya?" tanya Aeera pada Boo yang berada dipangkuannya. Sudah dipastikan kucing itu tidak menjawab pertanyaan Aeera, hanya mengedipkan matanya tidak mengerti.

Aeera terkekeh dengan kelakuannya barusan. Bagaimana mungkin Boo mengerti dengan yang ia ucapkan. Setelah berganti pakaian dan makan, Aeera akan pergi mengantar Boo perawatan.

Kucing itu tampak girang ketika Aeera membawanya berjalan-jalan. Sesekali ia berlari membuat Aeera harus mengejarnya dan beberapa kali tidak mau berjalan yang membuat Aeera terpaksa harus menggendong tubuh Boo yang berat membuat Aeera kewalahan. Tapi ia senang, menghabiskan waktu dengan Boo membuat senyumnya tidak pudar karena tingkah menggemaskannya.

"Duduk dulu deh Boo, Ara cape." Kata Aeera lagi, meskipun Boo tidak akan mengerti ucapannya tapi Aeera yakin Boo akan mengerti dengan gerak geriknya. Dan benar, Boo ikut diam disamping Aeera atau berjalan mondar mandir didepan Aeera. Padahal hari ini Aeera hanya berjalan dan menunggu Boo selesai perawatan tapi rasanya melelahkan sekali. Sehingga Aeera menutuskan untuk istirahat sebentar.

"Ayo kita beli makan Boo!!" Aeera kembali bangkit dari duduknya setelah merasa tenaganya kembali terkumpul dan berjalan menuju minimarket terdekat.

Aeera berkeliling mencari makanan yang ia inginkan. Juga makanan untuk Boo. Tidak ada makanan kucing disini sehingga Aeera hanya membawa kornet untuk Boo dan mencari camilan untuk menemaninya menonton film dirumah.

ArkaeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang