Bagian 14

265 27 3
                                    

Waktu berjalan bergitu cepat, sudah satu bulan Aeera resmi menjadi siswi SMA. Banyak hal yang Aeera sukai dari sekolahnya sekarang, suasananya, fasilitasnya yang sangat baik untuk mendukung pembelajaran dan jangan lupakan makanan di kantin yang bisa dibilang luar biasa.

Seperti sekarang, Aeera sedang memperhatikan ramainya kantin pada jam istirahat, terdengar riuh terikan yang ingin didahulukan pesanannya, ada yang merutuk kesal tak kunjung didengar, ada yang bernyanyi menggunakan gitar dan banyak lagi. Aeera dan Gwen tidak berdua kali ini, tapi juga bersama Rimba, Adimas dan Reza.

"Nah kan ada cowok jadi yang pesen cowok ya!" Kata Gwen antusias. Karena jika hanya berdua dengan Aeera pasti selalu dirinya yang memesan makanan. Meskipun Aeera yang ingin memesan, Gwen tetap tidak akan mengizinkannya.

"Yang ada itu cewek yang ngelayanin cowok." Kata Adimas.

"Dikira gue babu lo hah?"

"Kalo lo mau bisa aja."

"Sialan." Gwen memalingkan wajahnya. Bisa darah tinggi ia lama-lama berbicara dengan Adimas.

"Sini sama gue aja." Kata Reza dengan yakin.

"Aaaaaa terbaik sih emang lo!" Gwen kembali menunjukkan raut bahagianya.

"Lo yang bayar tapi," tawar Reza pada Gwen.

Gwen terbelalak, Adimas dan Reza tidak ada bedanya sama sekali. "Ya gak bisa gitu, gak malu emang cowok minta traktir sama cewek?"

"Gue sih engga. Yang penting gue kenyang!" Jawab Reza acuh, sementara Gwen mengerucutkan bibirnya.

"Udah gue aja, mau makan apa?" Potong Rimba sembari menoleh pada Aeera yang sedaritadi hanya diam dan tertawa melihat Gwen yang dikerjai Adimas dan Reza.

"Ara ikut deh ya?" Aeera menatap Rimba.

"Engga."

"Mulai deh mulai, udah asik berdua lupa sama dunia!" Cibir Reza.

Rimba memutar bila matanya malas. "Yaudah buruan mau pesen apaan?"

"Samain lah." Kata Reza dan diangguki oleh yang lainnya.

"Samain juga?" Tanya Rimba pada Aeera.

"Giliran gue gak ditanya disamain apa engga!" Cibir Adimas.

"Lo udah ngangguk tadi bego!" Rimba menjitak Adimas yang duduk disamping kanannya.

"Iya samain aja." Rimba akhirnya mengangguk dan pergi meninggalkan temannya yang duduk manis dimeja.

Sementara disudut lain Arka hanya diam memperhatikan interaksi antara Aeera dan Rimba dari kejauhan. Melihat bagaimana perubahan raut wajah Rimba saat menatap teman-temannya yang lain dan Aeera, tatapannya akan selalu melunak saat menatap Aeera. Arka tahu tatapan Rimba bukan sekedar tatapan kepada seorang sahabat, Arka selalu menatap gadisnya seperti itu dulu.

"Ka!" Farhan menepuk bahu Arka keras. Ralat, bukan menepuk tapi memukul.

"Apaan sih lo?" Tanya Arka sembari mengusap bahunya yang terasa sakit karena pukulan Farhan barusan.

"Lo dipanggil-panggil gak denger bangs*t, dipanggil malaikat izrail baru tau rasa lo!" Bukan Farhan yang menjawab tapi Rangga.

"Sebelum gue, lo dulu yang dipanggil." Jawab Arka sembari menyeringai.

"Sialan!" Rangga memakan batagor dipiringnya dengan nafsu. Sementara Arka kembali diam memperhatikan Rimba yang barusaja kembali dengan makanan yang sudah ia beli. Entah apa yang ia rasakan sekarang, tapi ia tidak suka melihatnya.

ArkaeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang