Bagian 39

211 24 4
                                    

Hari ini adalah hari terakhir porseni. Final-final dalam setiap perlombaan dan juga pembagian hadiah akan dilakukan hari ini. Euforia dari setiap kelas yang akan memperbutkan posisi terbaik sangat terasa. Teriakan dan bunyi dari alat musik yang suporter bawa menambah meriahnya hari ini.

"Aaaa gue seneng bentar lagi tugas kita beres!" Fanya memeluk Aeera histeris. Fanya membantu Aeera mengurus konsumsi karena lomba menyanyi hanya dilakukan satu hari, dan pemenang langsung ditentukan oleh juri tanpa ada babak penyisihan.

"Cape banget gue, bantu kesana kesini. Mending disini sama lo, bisa sambil makan sekalian!" lanjutnya sembari mengambil satu risoles yang seharusnga untuk konsumsi juri.

"Ish! Jangan main comot gitu!!" Aeera menepuk tangan Fanya cukup keras, membuat risoles yang ia bawa kembali terjatuh.

"Ih gila sakitt, kejam banget sih lo!" Fanya mengelus-elus punggung tangannya yang terasa sakit.

"Salah sendiri! Kalo mau itu yang sisa." Aeera menunjuk ke arah piring dengan dagunya.

"Bilang kek dari tadi!"

Fanya menyambar makanan yang tersisa dengan wajah tanpa dosanya. Sementara yang lainnya sibuk menyiapkan konsumsi yang akan segera mereka bagikan.

"Lo tunggu aja disini Ra, kita yang bagiin." Kata salah satu partner Aeera dalam tugasnya.

"Eh engga Ara ikut ngebagiin aja."

"Udah disini aja, lagian nanti kalo si Fanya ditinggal, makanan disini abis semua." Katanya dengan kekehan diakhir kalimatnya.

"Wah lo kalo ngomong suka bener!" Fanya mengangguk-anggukan kepalanya membenarkan lalu kembali memakan makanan yang ada. Aeera menghembuskan napasnya pasrah, memang benar jika Fanya ditinggalkan sendiri maka makanan yang ada disini bisa menjadi taruhannya.

Aeera mengeluarkan ponsel disaku roknya. Perasaannya sedikit kesal, maksudnya ingin ikut membagikan konsumsi agar ia bisa menonton pertandingan final Arka hari ini. Tapi pupus sudah harapannya. Maka dari itu ia membuka ponselnya, teman satu kelas Arka pasti akan membuat postingan diakun sosial medianya masing-masing untuk perlombaan kali ini.

Jarinya menekan tulisan tertinggi dikolom pencarian. Yap! Akun sosial media Arka. Akun yang selalu ia pantau setiap hari, penambahan atau pengurangan jumlah followers dan following, Aeera selalu memantaunya setiap hari. Dan karena kesibukannya diacada porseni kali ini ia tidak sempat mengecek akun milik Arka. Jangankan milik Arka, miliknya sendiri pun ia tidak sempat. Waktu luangnya digunakan untuk beristirahat atau mengabari Arka saja.

Dahinya berkerut melihat perubahan drastis pada angka postingan Arka. Jumlah postingan Arka bertambah banyak dalam waktu singkat. Aeera yakin tidak mengecek akun Arka hanya beberapa hari, entah berapa tapi ia yakin tidak sampai satu minggu.

Jarinya kembali menscroll layar ponselnya. Matanya mengerjap beberapa kali, memastikan apa yang ia lihat sekarang ini nyata atau tidak. Ia keluar dari akun Arka, kemudian kembali mengetik namanya dengan benar dikolom pencarian dan kembali menemukan akun yang sama dengan postingan yang sama. Itu berarti apa yang ia lihat benar? Ia tidak sedang bermimpi kan?

"Lo kenapa sih ngedip-ngedip gitu, kelilipan?" tanya Fanya jengah.

"Woy kebiasaan ditanya malah diem!" Fanya melempar kotak kertas yang sudah ia buat menjadi bulatan kepada Aeera agar gadis itu menanggapinya.

"Ih anjir lo gak kesurupan kan? Sumpah lo cuma sama gue disini Ra," Fanya bangkit kemudian mencolek lengan Aeera beberapa kali, berharap gadis itu menanggapinya sekarang.

Aeera mematung ditempatnya. Perasaannya terasa sakit, seolah baru saja ada yang memeras hatinya kuat-kuat. Hatinya mencelos begitu saja, kenapa ia bodoh? Kenapa ia tidak pernah menanyakan hal ini pada Arka? Kenapa ia percaya pada dirinya bahwa ia akan mampu memiliki Arka? Ia tidak pernah menyangka jika dirinya harus berada diposisi ini. Posisi yang sangat ia benci.

ArkaeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang