Arka menatap kedua tangannya yang terbalut perban yang kini sedang memegang stir mobilnya. Sekarang ia berada diparkiran apartemen Thalia, menunggu gadis itu untuk berangkat bersama ke sekolah.
Pikirannya menerawang jauh. Apa yang terjadi akhir-akhir ini padanya sukses mengacaukan suasana hatinya. Bukan, bukan hanya hatinya tapi semuanya. Luka ditangannya menjadi bukti betapa kacaunya ia sekarang.
Tentu saja sekarang hatinya masih milik Aeera, tapi mencintai gadis itu bukan hal yang baik bukan?
Oh tidak-tidak, ia tidak mencintai Aeera. Ia mungkin hanya peduli?
Ia tidak mungkin mencintai gadis berhati iblis dengan paras malaikat itu bukan? Ia hanya tertipu. Ia yakin perasaannya untuk Thalia masih ada. Mungkin perasaan itu sempat tertimbun, tapi sekarang sebisa mungkin ia akan memunculkan rasa itu lagi.
"Hey! Maaf ya jadi nunggu lama."
Sial. Apa ia melamun? Kenapa ia terkejut dengan kedatangan Thalia? Atau gadis itu sengaja membuatnya kaget? Tapi kenapa bisa? Kenapa ia tidak menyadari kedatangan gadis itu?
"Nunggu apalagi sayang?"
Arka menggeleng pelan, dan mulai melajukan mobilnya meninggalkan parkiran apartemen Thalia menuju sekolah. Sepanjang perjalanan ia memilih diam, bahkan ia hanya menanggapi Thalia dengan satu atau dua patah kata saja. Entahlah moodnya sedang buruk pagi ini.
***
"Arka masukkin bajunya! Dasi kamu mana?! Sabuknya juga mana?!"
Arka menghela napasnya. Belum sampai 10 detik ia turun menapakkan kaki disekolah ini. Bu Darma sudah meneriakinya dengan tatapan menyeramkan karena penampilannya hari ini.
"Sudah bagus tobat sekarang kambuuuhhh lagi!" Bu Darma berteriak frustasi menatap Arka yang kini menatapnya kosong.
Pikiran Arka kembali melayang. Ya, akhir-akhir ini, saat ia sudah mulai merima Aeera dalam hidupnya, banyak sekali perubahan yang terjadi padanya. Mulai dari cara berpikir, cara memandang sesuatu, hingga cara berpakaian disekolah pun ada kemajuan, padahal sempat ditidakmungkinkan oleh Bu Darma.
Bayangkan saja setiap hari Bu Darma berteriak mengingatkan Arka agar mau memakai seragamnya dengan benar tidak pernah menimbulkan efek apapun pada Arka. Berkali-kali hukuman Arka jalani karena ketidakmauannya berseragam rapi, tidak ada satupun yang berhasil membuatnya kapok.
Tapi Aeera. Entah dengan magis apa gadis itu berhasil membuatnya berubah meskipun sedikit dalam hal berpakaian, tapi daripada tidak sama sekali bukan? Ia mau menggunakan aksesoris seragamnya, meskipun terkadang tidak rapi tapi setidaknya ia mau memakai.
Setidaknya opini Bu Darma akan Arka tidak bisa berubah itu bisa dihilangkan.
"Baris didepan! Jangan masuk barisan kelas kamu! Saya akan cek nanti!"
Arka hanya menganggukan kepalanya acuh. Sungguh kemana perginya moodnya hari ini? Beruntung Thalia sudah pergi bersama Michelle tadi. Setidaknya gadis itu tidak membuat paginya semakin buruk.
"Ra?"
Arka memfokuskan padangannya pada gadis yang kini sedang tersenyum padanya didepan kelasnya. Seperti biasa. Senyum hangat yang akan selalu ia jumpai saat ia sampai disekolah. Senyum yang akan membuat paginya terasa lebih baik.
"Sh*t!"
Arka mengumpat dalam hati. Sungguh kenapa ia bisa membayangkan gadis itu berada disana? Kenapa sekarang hati dan pikirannya bekerja sama? Kenapa mereka kini sama-sama membicarakan Aeera? Sungguh ia tidak mau seperti ini. Tapi kenapa dengan begini ia merasa perasaannya lebih baik?
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkaeera
Teen FictionArka si lelaki tampan namun dingin yang terjebak masa lalunya. Dan Aeera gadis cantik yang berusaha menempati ruang dihati Arka. Apakah dengan 3 kartu permintaan bisa membuat Arka terlepas dari belengggu masa lalunya? *** Cerita ini hanya fiktif bel...