"Hai."
Keadaan menjadi hening seketika. Arka mengerjapkan matanya beberapa kali. Begitu juga dengan Rangga dan Farhan, mereka saling menatap, memastikan hal yang ada dipikiran mereka sama. Mereka tidak senang bermimpi bersama bukan?
"I miss you." Gadis itu berjalan mendekat lalu memeluk Arka. Menarik perhatian mereka yang berada disana.
Arka melepas pelukan gadis itu. "Ini bukan LA, Ta."
"Ayo ikut." Arka menarik pergelangan tangan gadis itu agar mengikutinya.
"Itu yang bikin si Arka gagal moveon?" tanya Rangga dengan pandangan yang masih fokus pada punggung Arka dan Thalia yang perlahan menjauh.
Farhan mengangguk-anggukkan kepalanya, pandangannya satu arah dengan Rangga. "Cantik gitu, mau gak gagal moveon gimana caranya?"
Rangga dan Farhan hanya tahu pada Thalia lewat foto yang ada diponsel Arka. Arka tidak pernah menunjukkan kepada mereka. Hanya saja pernah suatu saat ketika mereka sedang dirumah Arka, Arka pergi ke toilet dan meninggalkan ponselnya dalam keadaan menyala.
Rangga yang saat itu sudah berada dtingkat tertinggi kekepoannya, akhirnya membuka ponsel Arka dan mengirimkan foto Arka dan Thalia secepat kilat ke ponsel miliknya. Aksinya tidak diketahui karena Rangga berhasil menghapus semua bukti sebelum Arka kembali. Hanya saja Thalia yang berada difoto yang pernah ia lihat jauh berbeda dengan Thalia yang baru saja ia lihat. Wajahnya sama, hanya saja penampilannya 180° berbeda.
Bukan hanya Rangga dan Farhan. Semua yang sedang menonton pertandingan basket teralihkan perhatiannya pada kedatangan Thalia. Gadis itu cantik, sangat. Tubuhnya tinggi, putih, ramping, bak model-model pada umumnya. Terlebih dengan pakaiannya yang sedikit terbuka, menjadi daya tarik lebih untuk kaum laki-laki.
Arka membawa Thalia menuju ke parkiran. Untung saja hari ini ia membawa mobil, itu bisa melindungi Thalia dari tatapan laki-laki lain. "Kenapa ada disini?" tanya Arka saat mereka sudah ada didalam mobil.
"Surprise, kamu gak seneng liat aku disini?"
Arka mematung untuk sesaat. Thalia benar, seharusnya ia merasa senang sekarang karena Thalia ada disini. Sekarang ia bisa melepas rindunya, gadisnya sudah kembali. Tapi kenapa rasanya berbeda? Seolah kembalinya Thalia bukanlah hal yang ia harapkan sejak dulu.
"Kamu masih marah ya sama aku? Aku pulang buat nebus kesalahan aku, aku mau perbaiki semuanya." Thalia kembali memeluk Arka, sementara Arka masih diam, berusaha mencerna apa yang terjadi.
Arka kembali melepas pelukan Thalia padanya. Banyak hal yang harus mereka luruskan, dan tidak disini. "Kita obrolin semuanya dicafe biasa ya?"
***
"Tempat yang sama waktu dulu kamu nembak aku kan?" tanya Thalia. Kini keduanya sedang berada dicafe yang menjadi saksi bisu cinta mereka.
"Mau pesan apa?" tanya seorang pelayan yang baru saja datang.
"Kamu yang pesen," kata Thalia dengan senyumnya. Arka pasti sudah hafal dengan menu yang akan ia pesan, karena setiap datang kemari mereka akan memesan menu yang sama.
"Cheese burger sama chocolate milkshake dua." Pelayan itu mengangguk dan mulai menuliskan pesanan Arka dinote yang ia bawa.
"Ka, kamu tau kan aku gak makan itu?" tanya Thalia dengan raut wajah sedihnya.
Arka menggelengkan kepalanya. Makanan yang baru saja dia pesan adalah menu yang selalu Aeera beli saat mereka datang kemari. Bukan makanan favorit Thalia. Pikirannya sudah mulai tidak benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkaeera
Teen FictionArka si lelaki tampan namun dingin yang terjebak masa lalunya. Dan Aeera gadis cantik yang berusaha menempati ruang dihati Arka. Apakah dengan 3 kartu permintaan bisa membuat Arka terlepas dari belengggu masa lalunya? *** Cerita ini hanya fiktif bel...