Arka memainkan ponsel sembari duduk diatas motornya didepan sebuah apartemen. Ia sedang menunggu Thalia sekarang. Sejak kembali ke Indonesia gadis itu memilih tinggal diapartemen, karena kedua orangtuanya memutuskan untuk menetap di LA.
Hari ini Arka harus menemani Thalia pemotretan. Ada rasa malas dihatinya, tapi ia juga tidak bisa menolak permintaan Thalia. Tidak ada alasan yang memungkinkan untuknya menolak Thalia. Dan ya, gadis itu juga belum mengetahui tentang Aeera.
Aeera sendiri yang memintanya untuk tidak mengatakan tentang hubungan mereka pada Thalia. Arka sendiri tidak mengerti dengan pemikiran Aeera, seharusnya Aeera merasa keberatan jika harus menyembunyikan hubungan mereka lagi saat Thalia sudah kembali. Tapi dengan keras kepalanya gadis itu meminta hal ini, dan itu sukses membuat ia tidak bisa menolak permintaannya.
Bukan hal yang mudah juga berada diposisinya sekarang. Ia harus bisa membagi waktunya untuk Thalia juga Aeera. Waktu beberapa hari sejak Aeera baru mengetahui segalanya belum cukup untuk membuatnya bisa memilih salah satu diantara keduanya. Baik Thalia maupun Aeera keduanya sama-sama memperlakukan dirinya dengan baik. Membuatnya semakin bingung.
"Nunggu lama ya?" Thalia menghampiri Arka dengan senyum hangatnya.
"It's ok," kata Arka sembari memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket lalu memberikan helm pada Thalia.
Tidak banyak yang Arka lakukan saat menemani Thalia pemotretan. Sesekali ia tersenyum, apa yang diinginkan Thalia sudah tercapai. Karirnya didunia permodelan sudah cukup baik. Hanya saja pakaian terbuka yang sering Thalia pakai membuatnya sedikit risih.
Selain ia tidak suka karena tubuh Thalia terkespos banyak orang. Juga karena ia merasa kehilangan Thalianya yang dulu, Thalia yang selalu sederhana. Gadis itu banyak berubah sejak kepergiannya ke LA. Ia merindukan Thalia yang dulu.
Arka kembali memainkan ponselnya dan memasang earphone ditelinganya. Lebih baik ia mengabari Aeera untuk menghilangkan jenuhnya menunggu pemotretan Thalia yang tidak kunjung selesai. Kadang ia berpikir, jika hanya untuk diabaikan, untuk apa Thalia mengajaknya kemari?
"Huwaa ngapain videocall Ara! Ara kan lagi nangis!"
Sudut bibir Arka terangkat melihat ekspresi kesal Aeera dengan mata sembab dan hidungnya yang memerah. Gadis itu mengatakan padanya jika ia sedang menonton drama korea seperti biasanya. Ia sengaja melakukan videocall untuk menganggunya.
"Hapus dulu ingusnya baru angkat videocall gue."
"Ara gak ingusan!" Kata Aeera disebrang sana sebelum layar ponsel Arka berubah hitam semua, hanya ada wajahnya disana. Arka terkekeh pelan, ia selalu senang mengerjai Aeera.
"Tuh kan Ara gak ingusan, Kak Arka bohong!" Layar ponsel Arka kembali dipenuhi dengan wajah Aeera dengan jarak dekat. Gadis itu mendekatkan hidung ke ponselnya, membuktikan bahwa perkataan Arka salah.
"Iya sekarang engga, tapi tadi iya." Jawab Arka santai, membuat gadis disebrang sana menggembungkan pipinya yang memerah. Ia suka sangat suka, jika jarak mereka dekat sekarang, ia pasti akan mencubit kedua pipinya gemas.
Thalia menatap Arka heran. Entah apa yang dilakukan oleh kekasihnya itu, tapi tidak biasanya Arka tersenyum sendiri dihadapan ponselnya. Arka juga terlihat berbicara, dia sedang menghubungi siapa sampai terlihat bahagia seperti itu?
"Cla fokus!" Thalia menggelengkan kepalanya kemudian kembali memfokuskan dirinya pada kegiatan yang sedang ia lakukan. Untuk Arka kenapa, ia bisa bertanya setelah dirinya selesai.
***
"Udah?" tanya Arka saat Thalia berjalan ke arahnya.
Thalia mengangguk, "Tapi aku laper."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkaeera
Teen FictionArka si lelaki tampan namun dingin yang terjebak masa lalunya. Dan Aeera gadis cantik yang berusaha menempati ruang dihati Arka. Apakah dengan 3 kartu permintaan bisa membuat Arka terlepas dari belengggu masa lalunya? *** Cerita ini hanya fiktif bel...