Bagian 64

289 22 20
                                    

Langit sudah gelap saat ia kembali ke rumahnya. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke rumah Rangga dan menghilangkan isi dipikirannya tentang apa yang baru saja terjadi padanya. Ia pikir itu akan berhasil, tapi ternyata tidak.

Arka berjalan gontai ke dalam kamarnya. Ia berpikir keras tentang bagaimana cara agar ia tidak memikirkan gadis itu lagi. Rasanya muak jika ia harus rerus menerus memikirkannya padahal ia tidak ingin.

Sebuah kotak yang terletak diatas kasurnya menjadi fokusnya saat ini. Karena seingatnya ia tidak merasa memiliki kotak itu, pagi tadi juga benda itu tidak ada dikamarnya, ia juga tidak sedang berulang tahun. Tidak mungkin itu hadiah kejutan untuknya.

Arka membuka pembungkus luarnya. Kini kotak berwarna ungu dengan pita putih yang ia lihat. Ada sebuah kartu yang tergantung dipita. Nama Aeera sebagai pengirim tertera disana. Baik tanpa berpikir panjang lagi, Arka menyimpan kotak itu kebawah kasurnya.

Itu tidak penting untuknya. Lagipula untuk apa gadis itu mengiriminya kotak itu? Apa ia tidak mengerti dengan apa yang ia minta sebelumnya? Sungguh benar-benar menyebalkan rasanya.

Ponselnya berdering sekarang. Nama Thallia muncul disana. Sial! Ia sampai lupa menjemput Thalia hanya karena sibuk memikirkan cara untuk melupakan gadis yang sebisa mungkin ia tak ingin lagi menyebut namanya.

"Aku kesana sekarang." Tidak perlu bertanya lagi. Arka sudah tahu kenapa Thalia meneleponnya.

"Loh sayang kamu baru pulang?" Arka menghentikan langkahnya, dan berbalik.

"Eh iya Ma," Arka menyalimi Risa yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Oh ya tadi ada kurir kirim paket, mama gak tau dari siapa tapi kata kurirnya buat kamu, jadi mama simpen dikamar kamu, udah diliat?"

"Udah."

"Apa itu? Kamu belanja online juga kaya mama?"

Arka mengangguk setengah hati. Sungguh ia malas membahas itu, karena itu berhubungan dengan Aeera.

"Terus sekarang mau kemana lagi? Udah kucel gini, gak mau bersih-bersih dulu?"

"Aku jemput temen dulu Ma."

"Temen? Temen apa pacar hm?" Goda Risa.

"Ma," Tegur Arka karena ia tahu sekarang Risa sudah mulai menggodanya.

"Emang ketemu temen gak mandi dulu nggak apa-apa hm?" Goda Risa lagi dengan menekankan kata 'temen'.

"Ayolah Ma," Arka memasang wajah merajuknya, sungguh menyebalkan sekali jika Risa sudah menggodanya seperti ini.

"Okay-okay, tapi inget jangan kemaleman kembaliin anak orangnya ya?"

"Hm, Arka berangkat."

Risa terkekeh sembari memegangi kedua pipinya setelah Arka berlalu pergi. Ah entahlah senang saja rasanya menggoda Arka seperti itu. Lagipula mau sampai kapan Arka menyembunyikan kekasihnya? Risa tidak pernah melarang Arka berpacaran, ditambah siapa gadis yang menjadi kekasihnya.

Sungguh itu bukan suatu masalah bukan? Huh, andai ini bukan permintaan Aeera sudah sejak dulu ia meminta Arka untuk berterus terang padanya. Dan mengundang gadis itu datang ke rumah ini sesering mungkin. Pasti rumah ini akan terasa lebih hangat dengan keceriaan yang Aeera miliki.

***

Arka menghentikan mobilnya tepat didepan Thalia yang sedang berdiri dengan dua paperbag ditangannya. Ia turun dari mobil dan berjalan ke arah Thalia.

"Sorry jadi nunggu lama."

Thalia mengerucutkan bibirnya. "It's okay, tapi kok bisa lupa sih?"

ArkaeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang