Pandangannya kini kosong menatap ubin yang menjadi pijakannya. Ah entahlah, entah ia sekarang berpijak atau tidak, semuanya terlalu sulit untuk diungkapkan.
Sekali lagi, ia ikhlas benar-benar ikhlas dengan apa yang sekarang terjadi. Setidaknya ia bisa merasa lega karena ia sudah mengorbankan sesuatu untuk orang yang ia cintai, yaitu kebahagiaannya.
Apapun itu selagi ia bisa ia akan memberikannya untuk orang yang ia cintai bukan? Ia memang sudah melakukannya. Hanya saja kali ini terasa begitu berat. Rasanya ia benar-benar ingin melarikan diri mengakhiri semua ini begitu saja. Tapi-
Sekarang ia menutup telinganya refleks, kaget mendengar ujaran kebencian yang serempak diberikan padanya saat ia keluar dari ruang BK. Entah seberapa banyak murid yang berada disini, tapi semuanya benar-benar terlihat muak padanya.
"DIA DI DO!!!" ujar salah satu diantara mereka memberi tahu yang lainnya.
Sorak sorai kini terdengar ramai. Seolah kepedihan yang ia rasakan sekarang adalah sumber kebahagiaan mereka. Aeera menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia hanya perlu menembus kerumunan ini dan pergi meinggalkan sekolah ini.
Tubuh Arka menegang mendengar dan melihat apa yang ada dihadapannya sekarang. Arka menarik napasnya dalam-dalam berusaha menghilangkan sesak dalam hatinya. Sungguh hatinya terasa sakit melihat semua ini. Ia benar-benar tidak tega melihat Aeera seperti ini. Ia sudah benar-benar keterlaluan sekarang bukan?
Tapi nasi sudah menjadi bubur. Ia tidak dapat melakukan apapun sekarang. Semua sudah terlanjur terjadi.
Semoga ini menjadi pelajaran untuk Aeera. Bahwa cara yang ia lakukan adalah sebuah kesalahan. Bukan itu cara mencintai yang sesungguhnya. Hanya kata maaf yang terucap berulang-ulang dalam hatinya sekarang.
"Sumpah dia selingkuhannya si Arka? Kok mau ya dijadiin selingkuhan?"
"Makanya gak usah so jago jadi cewek!"
"Arka kok mau ya sama cewek kaya gini, udah bagusan Thalia kemana-mana padahal."
"Cakep-cakep kok psycho!"
"Gak nyangka sih keliatannya baik-baik tapi ternyata."
"Iblis paras malaikat!"
"Definisi sesungguhnya dari diam-diam menghanyutkan sih ini."
"Pelakor jaman sekarang banyak gak tau dirinya sih emang."
Aeera hanya bisa menerima semua hinaan yang ditujukan padanya sembari memaksa kakinya untuk berjalan lebih cepat. Andai ia bisa berlari, sungguh ia ingin segera pergi dari sekolah ini. Ia tidak sanggup lagi jika harus mendengar semua ini.
"Gak usah nangis! Gak pantes lo nangis!"
Aeera memegangi bahunya yang terasa sakit karena seseorang sengaja menyikutnya keras. Tubuhnya juga terdorong ke kanan dan kiri seiring dengan mereka yang sengaja melakukan itu padanya. Sungguh apa mereka akan menyakitinya juga?
Brukk..
"Awh," Aeera meringis saat tubuhnya jatuh menyentuh lantai karena seseorang yang sengaja menyilangkan kakinya agar ia tersandung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkaeera
Teen FictionArka si lelaki tampan namun dingin yang terjebak masa lalunya. Dan Aeera gadis cantik yang berusaha menempati ruang dihati Arka. Apakah dengan 3 kartu permintaan bisa membuat Arka terlepas dari belengggu masa lalunya? *** Cerita ini hanya fiktif bel...