Bagian 59

174 21 8
                                    

"Ikut gue."

"Eh kak-"

Aeera memegang ponselnya erat sembari menyeimbangi langkah seseorang yang menariknya. Ia tidak tahu kemana ia akan dibawa, tapi ini semakin ke dalam hutan. Dan keadaan semakin sepi. Perasaannya mulai tidak enak. Tapi perlu dijelaskan ia tidak takut sama sekali.

"Kak mau kemana?"

"Kak lepas sakit!"

Aeera menglepas tangannya paksa hingga ponsel ditangannya terjatuh. Berkali-kali ia bertanya ia tidak pernah mendapat jawaban. Terlebih Michelle setengah menyeretnya tadi.

Michelle hanya menyeringai, hingga tidak lama dari itu Thalia muncul dari balik pohon. Dan kemudian Michelle kembali pergi meninggalkan Aeera berdua dengan Thalia. Sungguh Aeera tidak tahu apa salahnya sekarang. Tapi ini pasti berhubungan dengan Arka.

"Tinggalin Arka."

Dahi Aeera berkerut mendengar perkataan Thalia. "Kenapa?" tanyanya tidak mengerti.

"DIA PUNYA GUE! KENAPA LO GAK NGERTI-NGERTI?"

Aeera mengerjapkan matanya saat Thalia membentaknya. Miliknya? Bukankah yang seharusnya mengatakan hal itu adalah dirinya? Yang berstatus sebagai kekasih Arka dirinya bukan?

"Kak kita udah pernah bahas ini, kayanya kita gak perlu bahas ini lagi. Permisi Ara ditunggu sama yang lain."

"Kita perlu bahas ini." Thalia menahan tangan Aeera yang hendak berlalu.

"Kak-"

"Lo bikin semua usaha gue sia-sia! Lo gak tau apa aja yang udah gue korbanin buat Arka, karir gue, keluarga gue, semua gue korbanin cuma buat bikin Arka mau nerima gue lagi. Dan lo udah bikin semua sia-sia!" Kata Thalia dengan nada frustasi. Raut marah, kecewa, sedih semua bercampur menjadi satu. Sementara Aeera menatapnya datar.

"Kalo kakak pengen semua pengorbanan kakak bikin semua usaha kakak berhasil, kakak harusnya bilang ke Kak Arka, bukan ke Ara. Percuma. Mau seratus, seribu ataupun sejuta kali kakak minta Ara buat ninggalin Kak Arka, Ara gak akan pernah lakuin itu."

Thalia mengepalkan kedua tangannya. Aeera tidak pernah bisa diajak bicara baik-baik dengannya. "Coba lo ada diposisi gue, lo udah hubungan lama sama seseorang terus ada cewek benalu yang dateng, lo pasti akan mempertahan hak lo, dan itu yang lagi gue lakuin sekarang."

"Harusnya Ara yang bilang gitu kak. Kan yang pacarnya Kak Arka Ara bukan kakak. Ara juga lagi pertahanin hak Ara, Ara lagi berjuang supaya pacar Ara gak pergi sama cewek benalu." Tatapan Aeera masih datar.

Banyak kata yang ingin ia ucapkan pada Thalia tapi ia harus bisa menahannya. Biar bagaimana pun ia harus menjaga sopan santunnya, terlebih Thalia lebih tua darinya.

Sementara emosi Thalia sudah mencapai puncaknya karena perkataan Aeera tadi. Sialnya, gadis dihadapannya ini membalikkan kata-katanya sendiri padanya.

"Sekali lagi gue bilang tinggalin Arka!" Kata Thalia penuh penekanan.

"Gak akan pernah."

***

Rangkaian acara pertama hari ini yaitu penjelajahan berlangsung seperti seharusnya. Hanya saja sebagian murid yang bersedia menjadi relawan tidak diikut sertakan termasuk Arka dan ketiga sahabatnya.

Setelah diabsen, bukan hanya Aeera yang dinyatakan tidak ada, tapi juga Thalia. Dan itu sukses membuat Arka panik setengah mati. Pikirannya sudah bercabang kemana-mana. Berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi sudah ada dibenaknya. Ia harus segera menemukan keduanya.

ArkaeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang