Bagian 1

605 44 4
                                    

Seminggu berlalu. Sudah sejak 2 hari yang lalu acara OSPEK resmi ditutup dan seluruh siswa siswi baru sudah resmi menjadi siswa siswi SMA Galaxy Andromeda.

Aeera kembali menatap dirinya dicermin dengan balutan seragam SMA khas sekolahnya yang sudah dihiasi dengan atribut dan dasi bermotif sama dengan roknya. Hari ini Aeera sengaja menggerai rambut lurus hitam pekat miliknya. Dan jepit rambut kecil ia gunakan disebelah kiri.

Rimba sudah menunggu diatas motornya sejak tadi. Sudah hampir 15 menit ia menunggu tapi Aeera masih juga belum menunjukan batang hidungnya. Padahal sedari tadi klakson sudah ia bunyikan tapi tetap saja tidak ada respon.

Rimba turun dari motor, hendak masuk ke dalam rumah Aeera dan berniat mengacak-acak kamarnya apabila Aeera masih belum siap. Bersamaan dengan itu Aeera membuka pintu rumahnya dengan deretan gigi putih dan wajah tanpa dosanya pada Rimba. Lagi dan lagi kesalnya luruh oleh tatapan Aeera, dan sialnya sekarang Rimba justru terkesima pada kecantikan Aeera.

"Maaf ya lama, hari pertama sekolah Ara kan harus cantik." Aeera kembali merapihkan rambutnya.

"Udah jelek sih ya jelek aja Ra."

"Aww!" Rimba kembali meringis saat Aeera mencubit pinggangnya lagi.

"Sumpah Ra, tiap kali lo nyubit bekasnya ungu!" Aeera hanya menggedikkan bahu acuh, toh ia mencubit Rimba karena Rimba menyebalkan, bukan tanpa alasan.

"Lo mau naik motor terus rambut lo gak diiket?"

"Eh iya Rimba, iket Rambut Ara gak ada semua, beli dulu ya ke toko pengkolan bentar." Kata Aeera sembari menata rambutnya lagi.

"Udah siang ah."

"Ih terus ini rambut Ara gimana? Kalo acak-acakan lagi kan sayang."

Sebuah ide akhirnya muncul dibenak Rimba. Ia merogoh saku jaketnya dan berhasil menemukan karet bekas nasi kuning yang ia beli di hari OSPEK terakhir.

"Pake ini," Rimba menunjukkan karet bekas nasi kuningnya dihadapan Aeera.

Aeera menatap horor benda ditangan Rimba, "Ih Rimba gila, nanti kalo rambut Ara ngegulung terus rontok terus botak gimana?"

"Udah ah diem banyak ngomong lo." Rimba mengikat rambut Aeera setengah memaksa. Daripada harus kembali ke toko aksesoris dipengkolan jalan pasti akan membuat mereka telat datang ke sekolah, karena Aeera akan memilah-milah aksesoris yang ia inginkan hingga lupa waktu. Seperti terakhir kali Rimba menuruti keiinginannya.

Rimba melajukan motornya dengan Aeera yang memasang wajah kesal. Lagi-lagi Rimba menolak ajakannya untuk diajak ke toko aksesoris. Padahal Aeera benar-benar tidak memiliki ikat rambut lagi, Aeera lupa dimana menyimpannya dan ia juga akan membutuhkan ikat rambut untuk mengikat rambutnya saat belajar nanti.

Aeera turun dari motor dan memberikan helm kepada Rimba. Tangannya sibuk mengotak-atik karet yang mengikat rambutnya. Bukannya terlepas karet itu justru menggulung rambutnya.

"Ah Rimba ngegulung kan rambut Ara," Aeera mengerucutkan bibirnya dengan mata berkaca-kaca hampir menangis karena rambutnya.

"Kalo rambut Ara copot semua gimana?"

Setelah memastikan motornya terparkir dengan benar, Rimba segera memposisikan dirinya dibelakang Aeera. Menyingkirkan kedua tangan gadis itu yang malah membuat rambutnya semakin tergulung karet.

"Lo apain sih Ra jadi gini?!" Rimba berusaha melepaskan karet itu dari rambut Aeera.

"Rimba yang ngapain pakein rambut Ara karet itu, kan jadi gini."

Tanpa mereka sadari, tindakan keduanya diperhatikan beberapa pasang mata yang juga berada diparkiran. Beberapa gemas dengan tingkah keduanya yang sederhana namun terlihat manis. Beberapa lainnya menatap mereka iri, sepasang kekasih yang cocok pikir mereka. Membuat beberapa patah hati sebelum benar-benar berjuang. Dan membuat seseorang ragu akan apa yang harus ia lakukan selanjutnya, membuatnya merasa salah memilih.

ArkaeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang