Hari sudah berganti malam saat Arka mengantar Thalia kembali ke apartemennya. Pikirannya kembali kacau. Ia tidak tahu keputusannya yang mana yang salah. Keputusannya untuk membiarkan Aeera masuk ke dalam kehidupannya, atau memberikan kesempatan untuk Thalia memperbaiki hubungan mereka. Yang jelas itu adalah penyebab utama dirinya berada diposisi ini.
Arka mengetuk pintu dihadapannya dengan kepala yang terasa pusing karena masalah yang berputar-putar dikepalanya. Ia tidak bisa langsung pulang ke rumahnya disaat seperti ini. Ia butuh seseorang yang mungkin bisa meringankan sedikit beban dipikirannya. Setidaknya memberinya sedikit titik terang.
Gama membuka pintu rumahnya dan langsung mendapati Arka yang terlihat berantakan. Tanpa perlu bertanya apa yang Arka akan lakukan dirumahnya malam-malam, ia sudah hafal dengan kebiasaan Arka. Maka dari itu ia menyuruh Arka langsung pergi ke kamarnya dan membersihkan dirinya lebih dulu.
Gama kembali menutup buku yang barusaja ia baca karena Arka sudah selesai membersihkan dirinya.
"Lo mau tukeran sama gue gak?"
"Tukeran apa?" Gama kembali bertanya.
"Gue jadi lo, lo jadi gue."
"Ogah."
Arka menghembuskan napasnya kasar lalu berbaring dikasur Gama. Lelah sekali rasanya menjadi dirinya.
"Buruan nyerita, gak usah nunggu gue perhatian terus nanya lo kenapa." Cibir Gama.
"Lo udah perhatian secara tidak langsung karena lo udah tau gue kesini mau apa." Arka memasang senyum jahilnya. Entahlah disaat seperti ini ia sempat tersenyum.
"Ya semerdeka lo aja." Jawab Gama malas sembari membalikkan tubuhnya agar posisinya membelakangi Arka. Ia semakin paham sekarang. Jika Arka sudah berbicara tidak tentu arah seperti ini, itu tandanya masalah yang ia hadapi adalah masalah yang cukup berat. Dan pasti butuh waktu untuk Arka memulai ceritanya.
"Thalia tau Aeera pacar gue." Setelah cukup lama terdiam akhirnya Arka kembali membuka suara. Gama juga kembali ke posisinya semula, menghadap ke arah Arka.
"Tau darimana?" tanya Gama penasaran. Hubungan Arka dan Aeera selama ini sukses disembunyikan dari publik. Dan sekarang Thalia yang baru kembali bisa mengetahuinya, aneh bukan?
"Gue yang ngasih tau." Gama dibuat melongo dengan jawaban Arka barusaja. Ia tidak habis pikir dengan Arka.
"Terus?"
"Gue tadi nonton sama Thalia, terus gue malah main handphone ngebales chat Aeera. Gue berusaha adil buat mereka berdua. Tapi Thalia gak suka, dia tau soal Aeera karena pernah buka handphone gue diem-diem. Cuma dia gak tahu hubungan gue sama Aeera apa. Tadi dia emosi terus gue kebawa emosi dan gue keceplosan bilang Aeera pacar gue." Jelas Arka dengan pandangan lurus ke langit-langit kamar Gama.
"Jadi masalahnya?" tanya Gama lagi. Arka belum membicarakan inti permasalahannya.
"Gue udah jelasin yang sebenernya sama Thalia, dan dia gak bisa nerima gitu aja. Tapi gue bilang gue bakal ngikutin semua keputusannya. Dan dia minta waktu buat nentuin keputusannya."
"Kenapa harus dia yang ngambil keputusan? Kenapa gak lo yang ambil keputusan dengan milih Thalia atau Aeera, itu bakal nyelesaiin masalah lo sekarang."
Arka mengubah posisinya menjadi duduk, berhadapan dengan Gama yang duduk dimeja belajarnya. "Ini masalah utamanya, gue gak bisa milih salah satu dari mereka Gam, gue kan udah sering bilang."
"Waktunya masih kurang buat lo ngambil keputusan?" tebak Gama.
Arka mengangguk, "Ya. Gue bukan gak bisa, gue cuma gak mau sebenernya. Gue takut gue salah milih Gam, gue takut nyesel nantinya. Gue udah nyerahin pilihan sama Aeera buat dia pergi atau bertahan sama gue, gue udah siap nerima resikonya meskipun gue bakal berat ngelepasnya tapi seengganya bukan gue yang ngambil keputusan dan gue gak akan nyesel nantinya. Tapi Aeera malah milih bertahan sama gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkaeera
Teen FictionArka si lelaki tampan namun dingin yang terjebak masa lalunya. Dan Aeera gadis cantik yang berusaha menempati ruang dihati Arka. Apakah dengan 3 kartu permintaan bisa membuat Arka terlepas dari belengggu masa lalunya? *** Cerita ini hanya fiktif bel...