Bagian 10

336 24 5
                                    

Aeera merasa akhir-akhir ini kesehatannya mulai memburuk. Ia sering merasa pusing, mudah lelah, nyeri dada dan parahnya ia sampai mimisan lalu pingsan beberapa hari yang lalu. Aeera melihat tanggal diponselnya, pantas saja merasa seperti ini Aeera sudah melewatkan jadwal check up nya satu minggu lebih.

Dan disinilah Aeera sekarang, disebuah rumah sakit yang sudah sangat familiar untuknya, masih dengan balutan seragam sekolahnya yang belum sempat ia ganti karena belum pulang ke rumah. Jika bisa dikatakan rumah sakit ini sudah seperti rumah keduanya, sangat sering Aeera kesini untuk sekedar check up atau dirawat karena kondisinya down.

"Kak Lau apa kabar?" Aeera mengejutkan seorang resepsionis yang sedang melihat beberapa data.

"Loh Ara? Aku baik, kenapa baru kesini?" Seperti yang Aeera katakan, resepsionis itu bernama Laura. Sudah tidak aneh jika Aeera mengenal baik dokter dan perawat yang ada disini. Karena sering kesini Aeera bisa beradaptasi dengan baik dengan lingkungannya.

Dokter dan perawat yang sudah lama bekerja disini pasti sudah mengenalnya. Karena memang sedari kecil sampai sekarang ia beranjak dewasa rumah sakit ini tak pernah luput dari Aeera. Bahkan Aeera sudah tidak canggung untuk mengajak beberapa perawat yang sedang istirahat untuk menemaninya makan dikantin. Sudah biasa.

"Ara lupa," Aeera menyengir kuda, "Dokter Leo ada?" lanjutnya.

Laura mengangguk, "Ada diruangannya, nanyain kamu mulu dari kemarin."

"Wah pasti udah pada kangen sama Ara ya kan?"

"Engga sih, udah sana ah. Kena tegur Dokter Leo baru kerasa."

Aeera kembali melangkahkan kakinya menyusuri lorong. Sesekali ia menyapa beberapa perawat yang berpapasan dengannya, sembari memikirkan alasan apa yang harus ia berikan kepada Leo? Jika Aeera mengatakan ia lupa, bisa-bisa Leo marah dan pasti berkata 'Kamu ini bagaimana sih, untuk kesehatan sendiri saja lupa, alasan kamu terlalu klise'.

Tapi salahnya juga, Leo sudah mengingatkannya namun tetap saja Aeera lupa, Rimba juga tidak mengingatkannya. Dan sekarang ia sudah sampai didepan pintu putih yang tertutup rapat. Dari kaca yang ada disana Aeera bisa melihat seorang lelaki menggunakan jas putih yang jarinya memegang pena yang menari-nari diatas kertas.

Cklek..

Pintu terbuka, menampakkan seorang gadis dengan deretan gigi putihnya dan memasang wajah tanpa dosanya. "Halo dokter singa, apa kabar?," Aeera memang selalu begitu memanggil Leo dengan sebutan Dokter singa karena Leo artinya singa bukan? Dan hanya Aeera yang berani memanggilnya seperti itu.

"Kesini juga kamu, saya kira sudah sembuh." Sindir Leo karena Aeera telat check up.

"Sayangnya engga dokter."

"Terus kenapa kamu telat? Kamu mau kondisi kamu down lagi?" Dokter Leo sudah kesal kepada Aeera, bukan sehari dua hari Aeera telat tapi seminggu lebih.

Aeera menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung harus menjawab pertanyaan Dokter Leo bagaimana. "Iya engga dok, Ara lupa," Aeera menyengir kuda. Setelah lama berpikir Aeera akhirnya memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya karena ia tidak menemukan jawaban yang tepat.

"Kamu ini bagaimana sih, untuk kesehatan sendiri saja lupa. Alasan kamu terlalu klise, bukannya saya sudah ingatkan kamu waktu disekolah Aeera?"

"Tuh kan bener ngomong gitu." batinnya.

"Ara kan manusia biasa dokter, ya meskipun cantiknya mau ngalahin bidadari, tapi Ara tetep manusia biasa yang bisa lupa." Jelas Aeera dengan tingkat kepercayaan diri yang diluar batas. Sementara Leo memutar kedua bola matanya malas. Selalu saja alasan ini yang akan Aeera katakan ketika ia telat check up.

ArkaeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang