"Ara mana?" tanya Rimba pada Sasya, tidak hanya ada Sasya yang ada di UKS tapi juga beberapa siswa siswi lainnya yang menjadi anggota PMR.
Semua mata menatap Rimba diambang pintu. Sasya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Em, tadi itu gue ke lapang terus Aeera disini sendiri, terus pas gue balik lagi udah gak ada." Sasya sedikit takut sekarang, karena Rimba sudah mengancamnya jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada Aeera.
"Lo apa-apaan sih? Kan lo tugas jaga disini?!" Rimba berubah menyeramkan sekarang. Pasalnya Rimba tidak menemukan Aeera dikelas, dan sekarang di UKS pun Aeera tidak ada. Lalu kemana gadis itu? Kantin? Masa iya?
"Tenang Rim, si Ara gak akan semana-mana gue yakin." Gwen yang daritadi diam akhirnya membuka suara. Gwen juga sama khawatirnya karena Aeera tiba-tiba saja tidak ada, namun melihat Rimba sekarang Gwen lebih khawatir lagi, takut Rimba emosi dan tidak terkendali.
Tanpa ba-bi-bu Rimba langsung melangkahkan kakinya ke arah kantin. Mungkin Aeera lapar dan pergi ke kantin, ya benar!
Langkahnya terhenti saat menemukan sosok yang ia cari sedang memunguti sampah dengan sebelah tangan dan sebelah tangan lainnya menarik tong sampah.
"Ra lo ngapain?" bukan hanya Rimba, Gwen juga sama terkejutnya. Apa yang Aeera lakukan? Memungut sampah? Kenapa dengan Arka juga?
Aeera menatap Rimba dan Gwen dengan mata berkaca-kaca, "Ara dihukum."
"Kok bisa?" Gwen tidak mengerti, jika Aeera di UKS kenapa ia dihukum? Bukannya siswa yang sakit tidak kuat mengikuti upacara diperbolehkan diam di UKS? lalu kenapa Aeera dihukum?
"Nanti deh Ara ceritain, Ara kerjain ini dulu. Kalian masuk kelas aja." Aeera kembali berjalan sembari memungut sampah.
Rimba menarik tangan kanan Aeera menghentikan pergerakannya, "Udah gak usah diterusin, gue yang bilang Bu Darma."
Arka yang sedari tadi melaksanakan hukumannya mendekat ke arah Aeera dan Rimba, "Gak bisa gitu, dia harus jalanin hukumannya." Arka berkata dengan nada tidak suka sembari mencekal tangan kiri Aeera.
"Lo gak tau apa-apa, gak usah ikut campur!" Kata Rimba dengan suara sedikit meninggi karena sudah mulai terpancing emosinya.
"Jelas gue harus ikut campur, dia lagi dihukum sama gue, jadi dia urusan gue." Arka menatap tajam Rimba.
"Lah kok malah debat sih?" Gwen sudah merasakan aura tidak baik antara Rimba dan Arka membuka suara.
"Iya ish ini tangan Ara pake dipegang-pegang segala." Rimba dan Arka sontak melepaskan tangan Aeera, Gwen yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala.
"Udah Rimba Ara nggak apa-apa, Ara beresin dulu hukuman Ara, sekarang Rimba sama Gwen ke kelas ya, ya Gwen ya?" Aeera menatap Rimba dan Gwen bergantian.
"Kalo lo kenapa-kenapa gimana?" Raut wajah Rimba berubah menjadi cemas.
"Ara gaakan kenapa-kenapa, beneran deh. Gwen ajak balik kelas dong nih." Aeera mendorong pelan Rimba ke arah Gwen.
"Beneran lo gak akan kenapa-kenapa?" Gwen ingin memastikan keadaan Aeera dulu.
"Ish Gwen rese malah sama kaya Rimba, sumpah Ara gaakan kenapa-kenapa, puas hah?" Aeera mulai kesal karena Rimba dan Gwen enggan meninggalkannya.
"Ok gue balik kelas, nih hp lo. Kalo dia macem-macem sama lo, kabarin gue." Rimba memberikan ponsel Aeera dan menatap tajam Arka yang sedari tadi memperhatikan.
"Uuuuu takut." Kata Arka dengan nada meledek Rimba.
"Lo-" Rimba mengangkat tangannya menunjuk Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkaeera
Teen FictionArka si lelaki tampan namun dingin yang terjebak masa lalunya. Dan Aeera gadis cantik yang berusaha menempati ruang dihati Arka. Apakah dengan 3 kartu permintaan bisa membuat Arka terlepas dari belengggu masa lalunya? *** Cerita ini hanya fiktif bel...