Arka setengah berlari menuju ke UKS. Rasa khawatirnya muncul begitu saja. Untung ia bergerak cepat tadi, jika tidak mungkin tubuh Aeera akan membentur lapangan dengan keras. Matanya sesekali melirik ke arah Aeera, warna merah segar tampak begitu kontras dengan kulitnya yang memucat sekarang.
Petugas UKS langsung menangani Aeera yang baru Arka tidurkan di bedpasien. "Makasih kak, udah bawa Ara ke sini." Gwen yang baru datang sedikit bingung dengan Arka yang masih terdiam dikursi tunggu UKS.
"Iya."
"Gimana Ara sekarang?" Raut wajah Rimba yang baru datang benar-benar tidak enak dipandang. Khawatir dan kesal benar-benar tampak pada wajahnya membuat siapapun yang melihatnya lebih baik diam.
"Masih ditanganin, duduk dulu." Gwen menarik bahu Rimba agar duduk disebelahnya dan Arka. Arka yang merasa tidak nyaman segera bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan UKS.
"Sialan! Kalo sampe Ara kenapa-kenapa gue pastiin si Hores gak akan ada disekolah ini lagi." Dada Rimba naik turun menahan emosinya.
"Jangan gitu Rim." Tegur Gwen.
"Bawain obat Ara ditas." Titah Rimba pada Gwen.
Gwen mengangguk lalu pergi meninggalkan Rimba yang masih menunggu petugas UKS menangani Aeera. "Gimana kondisinya?" tanyanya pada petugas UKS yang baru datang.
"Udah siuman kok, istirahat aja dulu disini, dokter lagi dijalan." Rimba hanya mengangguk dan masuk ke dalam ruang UKS.
"Ra?"
"Ara nggak apa-apa Rimba."
"Gue udah bilang gak usah kan Ra, kenapa sih lo gapernah dengerin apa kata gue? Gue khawatir sama lo Ra."
"Ciee khawatir sama Ara," Aeera tersenyum jahil.
"Sumpah Ra, gue lagi serius." Rimba menatap Aeera intens.
"Ara juga serius." Aeera mengikuti cara Rimba menatapnya.
"Eh tadi yang bawa Ara ke sini Rimba?" Lanjutnya.
"Engga bukan gue."
"Si Arka," Gwen yang baru datang menimpali.
"Nih obat lo."
"Lah kok bisa? Kak Arka yang seSMP?" Aeera menerima bungkusan obat yang diberi oleh Gwen.
"Gak tau, lagi dihukum deh kayanya terus pas lewat lo pingsan."
"Terus sekarang kak Arkanya mana?" Aeera mengedarkan pandangannya ke sekeliling UKS mencari keberadaan Arka.
"Balik tadi."
"Makan obat lo Ra." Rimba kembali membuka suara geram melihat Aeera yang justru lebih memikirkan orang yang sudah membantunya dibandingkan dengan memikirkan keadaannya sendiri.
"Iya bawel."
"Gue ke kelas dulu, jangan kemana-mana dokter lagi dijalan, titip Ara Wen."
"Ok boss."
Setelah Rimba pergi Gwen duduk disamping Aeera sembari memainkan ponselnya. Sementara Aeera sudah terlelap efek dari obat yang ia minum tadi. "Mari masuk dok," seorang petugas UKS memecah keheningan yang ada membuat Gwen melirik ke arah sumber suara. Petugas UKS itu diikuti oleh seorang lelaki memakai jas putih. Gwen yang menatapnya mematung tanpa suara. Dia tidak ingin mendustai nikmat tuhan yang ada sekarang.
Dokter itu menepuk dahinya sendiri saat melihat Aeera yang tertidur di brankar. Sementara Gwen masih diam ditempatnya dengan tatapan fokus pada lelaki berjas putih itu. "Ini pasien saya?" Tanya dokter itu pada petugas UKS dan dijawab dengan anggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkaeera
Teen FictionArka si lelaki tampan namun dingin yang terjebak masa lalunya. Dan Aeera gadis cantik yang berusaha menempati ruang dihati Arka. Apakah dengan 3 kartu permintaan bisa membuat Arka terlepas dari belengggu masa lalunya? *** Cerita ini hanya fiktif bel...