Bagian 54

185 21 10
                                    

Perlahan cahaya mulai memasuki penglihatannya menggantikan gelap yang sebelumnya menyelimuti. Pikirannya kosong, apa yang terjadi, dimana ia sekarang, ia belum bisa mengingatnya. Rasanya belum seluruh jiwanya kembali pada raganya.

"Sayang? Kamu denger mama?" Arka melirik tangan kanannya, seorang wanita menggenggamnya sembari menatapnya haru.

"Ada yang sakit sayang? Bilang sama mama." Raut wajah Risa berubah cemas karena Arka belum juga meresponnya.

Dokter dan perawat masuk ke dalam ruangan. Mereka yang tadinya berada didekat Arka sedikit menjauh, memberi ruang pada tim medis. "Apa yang kamu rasakan sekarang?" tanya dokter itu pada Arka.

"Pusing," jawab Arka lemah. Isi kepalanya masih memikirkan apa yang terjadi sebelumnya. Ah ya kejadian itu. Apa sekarang ia berada dirumah sakit? Apa ini artinya dia selamat? Tuhan masih memberinya kesempatan?

Arka tidak terlalu mendengarkan apa yang dokter katakan padanya atau ibunya. Yang ia ingin tahu dimana Thalia sekarang? Bagaimana keadaan gadis itu? Dia baik-baik saja bukan?

"Mama seneng kamu bangun, mama takut kamu kenapa-kenapa." Risa memeluk tubuh Arka sembari mengusap kepalanya. Darah dalam dirinya yang rasanya sempat berhenti mengalir sekarang kembali mengalir. Ia benar-benar takut akan kehilangan Arka.

"Arka nggak apa-apa ma." Kata Arka sembari mengedarkan pandangannya. Mencari keberadaan seseorang.

"Abang jangan kaya kemarin lagi, Kya takut." Suara Azkya terdengar lirih. Sementara Fano menatap Arka haru, mulutnya tidak bisa berkata apapun, tapi sorot matanya menjelaskan semua yang ingin ia utarakan.

Arka hanya mengangguk. Ia merasa belum memiliki banyak tenaga sekarang. Entah apa yang terjadi, tapi ia bersyukur karena Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup. Mengizinkannya bersama keluarga yang begitu mencintainya.

"Tidur lagi aja, kamu masih perlu banyak istirahat kata dokter." Risa duduk disebelah bedpasien Arka dengan tangan kanan memegang tangan kanan Arka, dan tangan kirinya mengusap lembut kepala Arka. Membuat putra yang paling ia sayangi itu nyaman dan terlelap karenanya.

***

Arka menerima suapan makanan dari Risa dengan baik. Sejak bangun dari tidurnya ia merasa lebih baik, meskipun luka diperutnya masih terasa sakit. Sejak tadi hanya keluarganya yang ia lihat, belum ada yang lain. Dan ada seseorang yang Arka butuhkan kehadirannya saat ini.

"Mama keluar dulu ya? Temen-temen kamu katanya mau masuk." Arka mengangguk mengiyakan, hingga Risa hilang dari pandangannya dan berganti dengan seorang gadis dan tiga orang laki-laki dibelakangnya.

"Maaf semuanya gara-gara aku." Thalia duduk disamping Arka dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Ini musibah Ta, gak ada yang tau. Kamu nggak apa-apa?" Tanya Arka sembari memperhatikan Thalia.

Thalia menggeleng. "Aku baik-baik aja, tapi kamu-"

"Aku nggak apa-apa Ta." Kata Arka dengan senyumnya.

"Ih anjir kok gue malah nonton drama!" Cibir Rangga. Ia kesal karena sedaritadi terabaikan.

Thalia tersenyum tidak enak. "Aku keluar dulu ya? Nanti aku kesini lagi." Kata Thalia, ia mengerti Rangga, Gama dan Farhan pasti membutuhkan ruang untuk berbicara dengan Arka tanpanya.

"Lo nyinyirnya mantep!" Bisik Farhan pada Rangga sembari merangkul pundaknya.

"Gimana keadaan lo sekarang?" Gama membuka suara, mengabaikan Rangga dan Farhan.

"As you can see."

"Kok bisa sih Ka? Lo gak langsung balik dari rumah gue? Kemana dulu lo hah? Curiga gue." Tanya Rangga bertubi-tubi.

ArkaeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang