7. Penuh Teka-teki

3.5K 140 56
                                    

༼ つ ◕‿◕ ༽つ
🅷🅰🅿🅿🆈 🆁🅴🅰🅳🅸🅽🅶!

°°°

"Pagi semua. Hari ini kita ulangan ya."

Anjir! Ketika guru lain, menyambut muridnya di pagi hari dengan 3S yaitu Senyum, Sapa, Salam. Berbeda dengan guru Bahasa Indonesia satu ini. Ia selalu menyambut muridnya dengan Senyum, Sapa, Ulangan.

"BUSET! YANG BENAR AJA, BU! GILA!" teriak Bagas heboh.

"Kamu ngatain saya gila, Bagas?" tANYA Bu Lusi.

"Ma-maap, Bu. Kaget saya tadi."

"Nggak usah banyak ngomong kamu, Bagas," ucap Bu Lusi marah. "Absen genap silahkan bawa alat tulis kalian dan pergi ke kelas XI IPA 2 sedangkan absen ganjil tetap didalam. Yang duduknya masih berdua, silahkan pisah dan cari meja sendiri."

Mampus!

"Bu, masa masih pagi gini udah ulangan aja."

"Iya, Bu. Ditunda aja gimana?"

"Kita semua belom belajar, Bu."

"Kok dadakan, sih, Bu. Kayak tahu bulat aja."

"Yang tidak mau ulangan, silahkan keluar! Pintu terbuka lebar untuk kalian," ujar Bu Lusi.

Mau tidak mau mereka harus mengikuti perintah guru yang berkacamata dan bermuka menyeramkan itu. Menurut Bagas, guru itu sama menyeramkan dengan mamanya. Astaga, kamu ini berdosa sekali, Gas.

Satu persatu para murid yang berabsen genap mulai keluar dari kelas. "Las, bantuin. Jam delapan gue tunggu di toilet," bisik Vano sebelum meninggalkan kelas.

"Buat informasi aja, soal ganjil dan genap itu berbeda," seru Bu Lusi yang melihat ke arah Vano.

"Semangat," ujar Athalas tertawa pada Vano yang hampir menangis.

"Soalnya susah nggak, Bu?" tanya Thander sok iye.

"Nggak susah kok. Soalnya juga nggak banyak."

Sungguh penipuan publik.

"Ah yang bener, Bu?"

"Kalian ini padahal orang Indonesia dan bisa bahasanya tapi kok ulangan Bahasa Indonesia aja takut," ucap Bu Lusi santai.

Memang benar mereka semua merupakan penduduk asli Indonesia. Tetapi, bukan berarti mereka paham dan tau segala sesuatu tentang pelajaran yang cukup menguras pikiran itu. Dalam mengerjakan soal Bahasa Indonesia, untuk dapat merangkai kalimat yang baik membutuhkan waktu yang lama dan belum tentu kalimat tersebut benar. Lebih parahnya lagi, mereka tidak bisa mengarang bebas. Berbeda dengan matematika yang dapat kita kerjakan asal dengan menuliskan angka apapun.

Abraham, Emil, dan Vano yang berabsen genap meninggalkan ruang kelas sedangkan Athalas, Thander, Bagas, dan Chuang tetap dikelas.

"Loh? Kalian ngapain disini?" Suara yang cukup keras itu sudah pasti suara Emil yang baru saja keluar dari kelas.

Tidak lama kemudian, beberapa murid kelas XI IPA 2 masuk ke dalam kelas itu. Kebanyakan dari mereka adalah perempuan termasuk Neska sehingga membuat seisi kelas cukup ricuh dengan kedatangannya.

"KIW-KIW!"

"URAAAA URAAAA!"

"Pada cantik amat nichh! Salah masuk kelas ya?"

"Neng-neng semua ngapain disini? Mau semangatin abang ya?"

"Athalas, ada Neska tuh!"

Mereka semua berdiri didepan papan tulis. Neska tidak mempedulikan ejekan-ejekan yang masuk di telinganya. Ia terlihat fokus menghitung sesuatu. Gue duduk sama dia?

AthalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang