[HAPPY 4K PEMBACA🎉]
Pukul setengah sepuluh pagi, Athalas, Alpret, dan Bagas sudah tiba di SMA Angkasa dengan menaiki mobil Athalas. Hari ini mereka akan mengikuti kegiatan Technical Meeting yang selalu diadakan sebelum pertandingan berlangsung. Kenapa Bagas ikut? Karena cowok itu belum mengerjakan tugas jadi lebih baik ia izin mengikuti TM hari ini.
SMA ANGKASA. Tulisan itu terpampang jelas di puncak bangunan sekolah yang besar dan luas. Athalas keluar dari mobil setelah memparkirkan mobilnya disusul dengan Alpret dan Bagas. Mereka berjalan masuk kedalam sekolah tanpa membawa satu tas pun. Seketika mereka bertiga menjadi pusat perhatian para siswi disana. Dengan ketampanan mereka mampu membuat siswi SMA Angkasa terhipnotis hanya dengan melihatnya.
"Ganteng banget. Anak sekolah mana? Gue baru liat, deh."
"Iya, ya. Gue gak pernah liat seragam kayak gitu. Seragamnya bagus banget."
"Itu anak SMA Tunas Bangsa Jakarta. Sekolah dengan segudang prestasi."
"Wah gila! Mana cakep-cakep lagi."
Pandangan Athalas dan Alpret tetap lurus kedepan dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celana. Laki-laki itu sangat berwibawa berbeda dengan Bagas yang menoleh sana-sini mencari perempuan cantik. Efek terlalu lama bersahabat dengan Pano. Sesekali ia tersenyum miring manis membuat para wanita histeris.
Saatnya tebar pesona. Gak sia-sia gue maksa Athalas biar izinin gue ikut. Batin Bagas.
"Cewek-cewek disini mantep juga," bisik Bagas.
"Iya, cakep-cakep, anjir," tambah Alpret.
"Cewek mulu urusan lo, Pret. Hasna mau lo kemanain?" tanya Athalas.
"Yah, Las. Hasna cuman sahabat gue."
"Jangan marah kalau gue tikung, Pret," ujar Bagas.
Alpret tertawa, "Jih, ambil dah ambil. Dibilang itu cuman sahabat gue."
Tiba-tiba Athalas berhenti melangkah. Sorot matanya berubah tajam. Alpret dan Bagas mengikuti pandangan Athalas. Ternyata ada dua orang laki-laki yang menghadang jalan mereka. Dua lelaki itu berdiri dengan tegap sambil memasukan tangannya ke saku celana. Dari seragamnya saja sudah jelas bahwa mereka murid SMA Angkasa. Raut wajah mereka seperti menantang. Melihat itu, Alpret dan Bagas langsung mengubah ekspresi wajahnya menjadi serius.
Athalas berdecih membuat Bagas bertanya, "Lo kenal, Las?"
Setelah sepuluh detik mata Athalas dan laki-laki itu bertemu, akhirnya Athalas menjawab. "Vian—Teman dekatnya Neska sekaligus ketua Aeros," ucap Athalas santai.
"Ketua Aeros? Maksut lo, gengnya Neska dulu?" tanya Alpret.
"Gue rasa gue gak perlu memperkenalkan diri lagi," seru Vian.
Ini pertama kalinya Bagas dan Alpret bertemu dengan ketua Aeros. Laki-laki itu memiliki aura yang kuat sama seperti Athalas. Disebelah Vian, ada cowok yang sedang menganati Bagas dan Alpret.
"Dia Bagas Immanuel Tan—anggota inti sekaligus penjaga Cavella. Orangnya ceroboh terus heboh banget kayak si Arga sedangkan yang satunya Alfred Federico, sekelas sama Neska dan junior Cavella," ujar cowok itu menjelaskan ke Vian.
Athalas terkejut karena cowok itu mengetahui kode identitas Bagas dan Alpret bahkan sampai sifatnya saja dia tahu. "Apa? heboh lo bilang? Kata siapa? Tau darimana lo gue penjaga Cavella?" tanya Bagas bertubi-tubi yang tidak terima.
Cowok itu menyeringai, "Tau darimana gue? Lo gak perlu tau."
Bagas hendak memberi pelajaran pada cowok itu tetapi Athalas menahannya. "Jangan mulai duluan. Ingat kita di sekolah orang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Athalas
Teen Fiction"Cantik doang nggak akan gue kejar. Lo menarik baru gue kejar." Athalas Ganendra, cowok super duper cuek mampus dengan segudang prestasi di SMA Tunas Bangsa. Mulai dari akademis sampai non akademis pun disikat habis olehnya. Lelaki idaman yang tidak...