45. Nasib Anak Tengah

1.5K 77 10
                                    

"Dituntut seperti kakak, diwajibkan mengalah demi adik." -Neska


***

"Siapa yang suruh lo pulang sendiri?"

Neska mendengar ucapan laki-laki itu tetapi ia tidak sanggup mengangkat kepalanya. Rasanya Neska ingin menangis saja saat ini. Ia mulai merasakan sesak napas. Seharusnya ia pergi membantu Kenzo, tetapi ia malah berdiam diri dan hanya melihat Kenzo yang sedang bertarung dibantu dengan orang-orang yang berdatangan tadi. Neska menjadi sangat tidak berdaya.

Kenzo berlari menghampiri Neska usai menyerahkan dua pria itu pada warga. "Muka lo kenapa pucat kayak gini, Nes?" tanya Kenzo hendak memegang halus pipi perempuan itu sebelum akhirnya ditepis oleh laki-laki di belakang Neska.

"Gak usah pegang-pegang!"

"Santai, Val. Dia juga temen gue,"

Sirine mobil polisi terdengar. Seketika beberapa anggota polisi turun dan segera menangkap pelaku. "Siapa yang dapat menjadi saksi?" tanya salah seorang polisi.

"Saya," seru Kenzo. "Saya orang pertama yang melihatnya,"

"Baik, silahkan ikut kami ke kantor polisi," ucap polisi itu.

Kenzo mengiyakan lalu menoleh kembali pada Neska, "Maaf, Nes, gue gak bisa antar lo pulang,"

"Emangnya siapa yang suruh lo antar dia pulang?" sarkas Noval. "Lo pikir gue disini cuman buat nontonin doang?"

Neska sudah sedikit tenang dibandingkan sebelumnya walau dadanya masih terasa sesak, "Gu-gue pulang sendiri aja,"

Noval berdecak, "Udah gue bilang, gue yang bakalan antar lo pulang!" Neska menolak tetapi Noval tetap memaksa. "Lo pikir Athalas yang bakalan jemput lo? Dia gak akan datang kesini buat orang kayak lo." Nada suara Noval terdengar kasar. "Lo pulang sama gue."

(Siapa yang ngira Athalas yang dateng?)

***

Laki-laki yang memakai kaos hitam itu terlihat sedang menuliskan sesuatu di bukunya. Ia sedang melanjutkan 1000 soal latihannya yang setiap malam ia kerjakan. Sebentar lagi buku tebal itu juga akan selesai dikerjakan. Athalas meraih ponsel diatas meja lalu menghidupkannya. Sesaat setelah ponsel itu dinyalakan, banyak notifikasi yang masuk disana. Laki-laki itu memang selalu mematikan ponsel saat sedang belajar, tujuannya agar tidak ada yang menganggu.

Athalas melihat nama Neska yang muncul beruntun. Ia membuka pesan dari perempuan itu. Seketika Athalas menekuk dahinya. Gadis itu mengirimi pesan yang sangat banyak sampai-sampai Athalas malas membacanya. Terakhir pesan itu dikirim sejak dua jam yang lalu, pukul sepuluh dan sekarang sudah pukul dua belas malam. Mungkin perempuan itu sudah pulang sendiri. Batinnya.

Athalas kembali menaruh ponselnya, lalu berfokus pada buku selanjutnya yang harus ia kerjakan. Ia sudah membeli banyak buku untuk dibaca demi lolos SNMPTN. Athalas memang sudah memutuskan akan masuk ke SNMPTN dan memilih jurusan bisnis. Hal itu ia lakukan demi masa depan perusahaan keluarganya. Meskipun ia tau bahwa masuk kesana itu sangat sulit, tetapi ia akan terus berusaha. Bagaimanapun caranya ia harus lolos SNMPTN tetapi bukan melalui jalur uang atau orang dalam, melainkan karena kemampuannya sendiri. Catat itu!

***

Ketujuh laki-laki yang baru saja berjalan masuk ke area kantin disambut oleh Alpret dan kawan-kawan. Mereka saling memberikan tos satu sama lain. Bagas dan Emil terlihat manyun. Pagi tadi Bagas dan Emil mendapatkan omelan dari guru fisika. Mereka lagi-lagi tidak mengerjakan tugas yang telah diberikan dari minggu lalu. Padahal jawabannya sudah difoto dan dikirimkan di grup oleh Thander yang mendapat jawaban dari Athalas. Pada dasarnya Bagas dan Emil saja yang terlalu malas.

AthalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang