48. Misi Rahasia Maura

1.6K 74 27
                                    

"Mulai hari ini, gue benar-benar percaya bahwa cowok yang manggil sayang sebelum jadian dan cowok yang bilang gak akan pernah ninggalin itu semuanya BULLSHIT!"

Neska termenung menatap jalanan yang dibeberapa titik tergenangi oleh air. Atap halte membuatnya terhindari dari hujan deras ditambah sesekali terdengar bunyi petir yang memekik telinga. Neska takut tetapi ia tidak tau harus apa. Seketika pikirannya blank. Neska sangat kecewa. Sia-sia saja perjuangannya selama ini. Bucin. Iya, mungkin Neska memang terlalu bucin. Bodoh sekali.

Sudah lima belas menit Neska tidak beranjak pergi dari tempat itu sampai ada sebuah mobil yang berhenti tepat didepannya. Neska melihat sepasang sepatu convers berdiri didepannya. Neska mendongak, laki-laki dengan payung di atas kepalanya itu melihat Neska dengan tatapan yang khawatir. Air mata Neska kian mengalir. Cowok itu adalah Kenzo—orang yang pernah memintanya untuk menjauhi Athalas tetapi dengan percaya diri Neska menolak karena ia merasa perasaan Athalas memang tulus padanya.

"Lo... benar, Zo," ucap Neska sambil terisak.

Kenzo tidak menggubris. Ia memakaikan jaketnya pada Neska. Perempuan yang kedinginan itu masih tetap berbicara. Ia menangis, kecewa, sekaligus kesal karena tidak mendengar ucapan Kenzo. "Kita ngomong didalam mobil aja. Disini dingin nanti lo sakit."

Kenzo memapah Neska masuk kedalam mobilnya. Cowok itu sebenarnya tidak diundang kedalam party hanya saja ia menunggu di sekitar hotel diam-diam, takut sesuatu terjadi pada mereka yang sedang mabuk apalagi yang perempuan. Entah kenapa Kenzo khawatir.

"Apa gue bilang? Lo masih ngeyel dan percaya kalau dia tulus sama lo." Kenzo kembali berucap, "Untung aja gue selalu jaga di daerah sini setiap mereka ngadain party karena dari awal gue gak pernah percaya sama cavella," ucapnya lagi. "Buktinya lo diturunin ditengah jalan kayak gini,"

Neska menoleh memandang Kenzo. Ponsel Neska bergetar. Ada panggilan masuk dari Maura. Kenzo tau bahwa Neska tidak ingin menjawab panggilan itu, "Biar gue yang ngomong,"

"Nes, gue nginep di rumah lo ya. Bonyok gue lagi pergi dan gue gak bawa kunci, jir!"

"Mana cowok lo,"

"Hah? Siapa nih? Bukan suara Athalas ini mah."

"Gue Kenzo. Kasih hp lo ke Thander,"

"Buat apa?"

"Kasih aja."

"Halo, Ngapain lo cari gue?"

"Sejak kapan cavella jadi pengecut?"

"Sialan. Ngajak ribut?"

Kenzo berdecih, "Iya pengecut beraninya nurunin cewek sendirian yang pakai dress ditengah jalan dalam situasi hujan deres kayak gini. Apa namanya kalau bukan pengecut? Banci sih lebih tepatnya,"

"Maksut lo?"

"Lo tanya sama ketua lo sendiri,"

Setelah mengucapkan itu, Kenzo mematikan panggilan secara sepihak. Ia mengembalikan ponsel ke Neska. "Kenapa gak kabarin gue? Gue kan udah pernah bilang kalau ada apa-apa kabarin."

Neska menunduk sedih, "Gue gak mau nyusahin orang lagi."

"Kata siapa nyusahin?" nada bicara Kenzo sedikit meninggi. "Gak ada orang yang nyusahin. Itu semua balik lagi ke itu orang mau bantuin atau gak."

Kenzo menoleh ke Neska yang napasnya terdengar berat lalu memberhentikan mobilnya. Melihat wajah perempuan itu begitu pucat membuat Kenzo menaruh tangannya dikening Neska. "Lo demam?" tanya Kenzo. "Kita kerumah sakit aja ya."

AthalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang